Chibi Captain America

Kamis, 06 Maret 2014

Makalah Pertumbuhan dan Perkembangan Masa Remaja Hingga Dewasa




BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Masa remaja sering disebut masa transisi. Sebab, di masa ini seseorang beralih dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini terjadi pada usia belasan. Banyak sekali perubahan yang terjadi dalam diri seseorang terutama perubahan fisik.
Remaja terlibat dalam jaringan teman sebaya yang sangat kuat selama menggali jati diri mereka. Di masa ini, selain mengalami perubahan pada diri seseorang yang menginjak remaja, juga terjadi perkembangan-perkembangan terutama dari sisi psikologis. Pada, tahap perkembangan remaja ini terdapat beberapa teori perkembangan remaja termasuk konsep, tahap dan karakteristik remaja. Secara keseluruhan, teori-teori ini membantu untuk melihat keseluruhan mengenai remaja.
1.2         Rumusan Masalah
  1. Bagaimana remaja dalam perkembangan manusia?
  2. Apa saja teori-teori perkembangan masa remaja?

1.3         Tujuan
1.3.1    Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik
1.3.2   Tujuan Khusus
  1. Untuk mengetahui remaja dalam perkembangan manusia
  2. Untuk mengetahui teori-teori perkembangan masa remaja

1.4         Manfaat
Mahasiswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam mengenai perkembangan remaja dan teori-teorinya serta mahasiswa dapat menerapkan teori-teori tersebut dalam dirinya sendiri maupun orang disekitarnya.
BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Remaja dalam Perkembangan Manusia
2.1.1   Konsep Pengertian Remaja
Fase remaja adalah masa transisi atau peralihan dari akhir masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah lakunya merupakan peralihan dari anak-anak menjadi orang dewasa.
Menurut Dorland (2011), “remaja atau adolescence adalah periode di antara pubertas dan selesainya pertumbuhan fisik, secara kasar mulai dari usia 11 sampai 19 tahun”.
Menurut Sigmun Freud (1856-1939), dalam Sunaryo (2004:44) mengatakan bahwa fase remaja yang berlangsung dari usia 12-13 tahun hingga 20 tahun.
Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang masa kanak-kanak sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah laku remaja sangat berbeda pada saat masih kanak-kanak. Hubungan dengan kelompok (teman sebaya) lebih erat dibandingkan hubungan dengan orang tua.

2.1.2   Tahap Perkembangan Remaja
Tahap perkembangan remaja dimulai dari fase praremaja sampai dengan fase remaja akhir berdasarkan pendapat  Sullivan (1892-1949). Pada fase-fase ini terdapat beragam ciri khas pada masing-masing fase.

  1. 1.        Fase Praremaja
Periode transisi antara masa kanak-kanak dan adolesens sering sikenal sebagai praremaja oleh profesional dalam ilmu perilaku. Menurut Hall seorang sarjana psikologi Amerika Serikat, masa muda (youth or preadolescence) adalah masa perkembangan manusia yang terjadi pada umur 8-12 tahun.
Fase praremaja ini ditandai dengan kebutuhan menjalin hubungan dengan teman sejenis, kebutuhan akan sahabat yang dapat dipercaya, bekerja sama dalam melaksanakan tugas, dan memecahkan masalah kehidupan, dan kebutuhan dalam membangun hubungan dengan teman sebaya yang memiliki persamaan, kerja sama, tindakan timbal balik, sehingga tidak kesepian.
Tugas perkembangan terpenting dalam fase praremaja yaitu,belajar melakukan hubungan dengan teman sebaya dengan cara berkompetisi, berkompromi dan kerjasama.

  1. 2.        Fase Remaja Awal (early adolescence)
Fase remaja awal merupakan fase yang lanjutan dari praremaja. pada fase ini ketertarikan pada lawan jenis mulai nampak. Sehingga, remaja mencari suatu pola untuk memuaskan dorongan genitalnya. Menurut Steinberg, mengemukakan bahwa masa remaja awal adalah suatu periode ketika konflik dengan orang tua meningkat melampaui tingkat masa anak-anak.
Sunaryo berpendapat bahwa, hal terpenting pada fase ini, antara lain:
1)      Tantangan utama adalah mengembangkan aktivitas heteroseksual.
2)      Terjadi perubahan fisiologis.
3)      Terdapat pemisahan antara hubungan erotik yang sasarannya adalah lawan jenis dan keintiman dengan jenis kelamin yang sama.
4)      Jika erotik dan keintiman tidak dipisahkan, maka akan terjadi hubungan homoseksual.
5)      Timbul banyak konflik akibat kebutuhan kepuasan seksual, keamanan dan keakraban.
6)      Tugas perkembangan yang penting adalah belajar mandiri dan melakukan hubungan dengan jenis kelamin yang berbeda.
  1. 3.        Fase Remaja Akhir
Fase remaja akhir merupakan fase dengan ciri khas aktivitas seksual yang sudah terpolakan. Hal ini didapatkan melalui pendidikan hingga terbentuk pola hubungan antarpribadi yang sungguh-sungguh matang. Fase ini merupakan inisiasi ke arah hak, kewajiban, kepuasan, tanggung jawab kehidupan sebagai masyarakat dan warga negara.
Sunaryo mengatakan bahwa tugas perkembangan fase remaja akhir adalah economically, intelectually, dan emotionally self sufficient.
2.1.3   Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
  1. Perkembanang Biologis
Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarwono, 2006: 52).
Selanjutnya, Menurut Muss (dalam Sunarto & Agung Hartono, 2002: 79) menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan yaitu; perertumbuhan tulang-tulang, badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang, tumbuh payudara.Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu ketiak.
Potter & Perry (2005:535) juga mengatakan bahwa setelah pertumbuhan awal jaringan payudara, puting dan areola ukurannya meningkat. Proses ini sebagian dikontrol oleh hereditas, mulai pada paling muda usia 8 tahun dan mungkin tidak komplet dalam usia 10 tahun. Kadar estrogen yang meningkat juga mulai mempengaruhi genital. Uterus mulai membesar dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal, hal tersebut bisa terjadi secara spontan atau akibat perangsangan seksual. Vagina memanjang, dan rambut pubis dan aksila mulai tumbuh.
Sedangkan pada anak laki-laki peubahan yang terjadi  antara lain; pertumbuhan tulang-tulang, awal perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air mani), pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus diwajaah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, akhir perubahan suara, rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh bulu dada. Kadar testosteron yang meningkat ditandai dengan peningkatan testis, prostat dan vesikula seminalis.
Perry&Potter (2005:690) mengungkapkan bahwa empat fokus utama perubahan fisik adalah :
  1. Peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot dan visera
  2. Perubahan spesifik-seks, seperti perubahan bahu dan lebah pinggul
  3. Perubahan distribusi otot dan lemak
  4. Perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks sekunder.
Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh kelenjar pituitary dan kelenjar hypothalamus. Kedua kelenjar itu masing-masing menyebabkan terjadinya pertumbuhan ukuran tubuh dan merangsang aktifitas serta pertumbuhan alat kelamin utama dan kedua pada remaja (Sunarto & Agung Hartono, 2002:94).

  1. Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002: 15) pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis daripada pemikiran operasional konkret. Piaget menekankan bahwa bahwa remaja terdorong untuk memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya penyesuaian diri biologis. Secara lebih lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan lain. Mereka bukan hanya mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman akan tetapi juga menyesuaikan cara berfikir mereka untuk menyertakan gagasan baru karena informasi tambahan membuat pemahaman lebih mendalam.
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003: 110) secara lebih nyata pemikiran opersional formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis. Remaja berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealistis dalam berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan.
Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial. Hal ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif remaja



  1. Perkembangan Sosial
Potter&Perry (2005:535) mengatakan bahwa perubahan emosi selama pubertas dan masa remaja sama dramatisnya seperti perubahan fisik. Masa ini adalah periode yang ditandai oleh mulainya tanggung jawab dan asimilasi penghargaan masyarakat.
Santrock (2003: 24) mengungkapkan bahwa pada transisi sosial remaja mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orang tua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat merefleksikan peran proses sosial-emosional dalam perkembangan remaja. John Flavell (dalam Santrock, 2003: 125) juga menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk memantau kognisi sosial mereka secara efektif merupakan petunjuk penting mengenai adanya kematangan dan kompetensi sosial mereka.
Pencarian identitas diri merupakan tugas utama dalam perkembangan psikososial adelesens. Remaja arus membentuk hubungan sebaya yang dekat atau tetap terisolasi secara sosial (Potter&Perry, 2005:693). Pencarian identitas diri ini meliputi identitas seksual, identitas kelompok, identitas keluarga, identitas pekerjaan, identitas kesehatan dan identitas moral.

2.1.4        Ciri Khas Remaja
  1. 1.        Hubungan dengan Teman Sebaya
Menurut Santrock (2003: 219) teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan (dalam Santrock, 2003: 220) mengemukakan bahwa anak-anak dan remaja mulai belajar mengenai pola hubungan yang timbal balik dan setara dengan melalui interaksi dengan teman sebaya. Mereka juga belajar untuk mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam aktifitas teman sebaya yang sedang berlangsung. Sullivan beranggapan bahwa teman memainkan peran yang penting dalam membentuk kesejahteraan dan perkembangan anak dan remaja. Mengenai kesejahteraan, dia menyatakan bahwa semua orang memiliki sejumlah kebutuhan sosial dasar, juga termasuk kebutuhan kasih saying (ikatan yang aman), teman yang menyenangkan, penerimaan oleh lingkungan sosial, keakraban, dan hubungan seksual.
Pada saat remaja, seseorang memperoleh kebebasan yang lebih besar dan mulai membangun identitasnya sendiri. Secara emosional, mereka menjalin hubungan yang lebih dekat dengan kelompoknya dibandingkan keluarga. Krisis identitas ini membuat remaja mengalami rasa malu, takut, dan gelisah yang menimbulkan gangguan fungsi di rumah dan di sekolah (Potter&Perry, 2010). Namun, dalam beberapa hal, remaja mengalami ketegangan baik akibat tekanan kelompoknya, maupun perubahan psikososial. Sehingga remaja cenderung melakukan tindakan yang dapat mengurangi ketegangan tersebut, misalnya merokok dan memakai obat-obatan.
Ada beberapa beberapa strategi yang tepat untuk mencari teman menurut Santrock (2003: 206) yaitu :
a)      Menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai menanyakan nama, usia, dan aktivitas favorit.
b)      Bersikap menyenangkan, baik dan penuh perhatian.
c)      Tingkah laku yang prososial seperti jujur, murah hati dan mau bekerja sama.
d)     Menghargai diri sendiri dan orang lain.
e)      Menyediakan dukungan sosial seperti memberikan pertolongan, nasihat, duduk berdekatan, berada dalam kelompok yang sama dan menguatkan satu sama lain dengan memberikan pujian.
Ada beberapa dampak apabila terjadi penolakan pada teman sebaya. Menurut Hurlock (2000: 307) dampak negatif dari penolakan tersebut adalah :
a)      Akan merasa kesepian karena kebutuhan social mereka tidak terpenuhi.
b)      Anak merasa tidak bahagia dan tidak aman.
c)      Anak mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan penyimpangan kepribadian.
d)     Kurang mmemiliki pengalaman belajar yang dibutuhkan untuk menjalani proses sosialisasi.
e)      Akan merasa sangat sedih karena tidak memperoleh kegembiraan yang dimiliki teman sebaya mereka.
f)       Sering mencoba memaksakan diri untuk memasuki kelompok dan ini akan meningkatkan penolakan kelompok terhadap mereka semakin memperkecil peluang mereka untuk mempelajari berbagai keterampilan sosial.
g)      Akan hidup dalam ketidakpastian tentang reaksi social terhadap mereka, dan ini akan menyebabkan mereka cemas, takut, dan sangat peka.
h)      Sering melakukan penyesuaian diri secara berlebihan, dengan harapan akan meningkatkan penerimaan sosial mereka.
Sementara itu, Hurlock (2000: 298) menyebutkan bahwa ada beberapa manfaat yang diperoleh jika seorang anak dapat diterima dengan baik. Manfaat tersebut yaitu:
a)      Merasa senang dan aman.
b)      Mengembangkan konsep diri menyenangkan karena orang lain mengakui mereka.
c)      Memiliki kesempatan untuk mempelajari berbagai pola prilaku yang diterima secara sosial dan keterampilan sosial yang membantu kesinambungan mereka dalam situasi sosial.
d)     Secara mental bebas untuk mengalihkan perhatian meraka ke luar dan untuk menaruh minat pada orang atau sesuatu di luar diri mereka.
e)      Menyesuaikan diri terhadap harapan kelompok dan tidak mencemooh tradisi sosial.

  1. 2.        Hubungan dengan Orang Tua Penuh Konflik
Hubungan dengan orang tua penuh dengan konflik ketika memasuki masa remaja awal. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perubahan biologis pubertas, perubahan kognitif yang meliputi peningkatan idealism dan penalaran logis, perubahan sosial yang berfokus pada kemandirian dan identitas, perubahan kebijaksanaan pada orang tua, dan harapan-harapan yang dilanggar oleh pihak orang tua dan remaja.
Collins (dalam Santrock, 2002: 42) menyimpulkan bahwa banyak orang tua melihat remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menjadi seseorang yang tidak mau menurut, melawan, dan menantang standar-standar orang tua. Bila ini terjadi, orang tua cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan member lebih banyak tekanan kepada remaja agar mentaati standar-standar orang tua.
Dari uraian tersebut, ada baiknya jika kita dapat mengurangi konflik yang terjadi dengan orang tua dan remaja. Berikut ada beberapa strategi yang diberikan oleh Santrock, (2002: 24) yaitu : 1) menetapkan aturan-aturan dasar bagi pemecahan konflik. 2) Mencoba mencapai suatu pemahaman timbale balik. 3) Mencoba melakukan corah pendapat (brainstorming). 4) Mencoba bersepakat tentang satu atau lebih pemecahan masalah. 5) Menulis kesepakatan. 6) Menetapkan waktu bagi suatu tindak lanjut untuk melihat kemajuan yang telah dicapai.

  1. 3.        Keingintahuan  tentang seks yang tinggi
Seksualitas mengalami perubahan sejalan dengan individu yang terus tumbuh dan berkembang (Potter&Perry,2010:30). Setiap tahap perkembangan memberikan perubahan pada fungsi dan peran seksual dalam hubungan. Masa remaja merupakan masa di mana individu menggali orientasi seksual primer mereka lebih banyak daripada masa perkembangan manusia lainnya.
Remaja menghadapi banyak keputusan dan memerlukan informasi yang akurat mengenai topik-topik seperti perubahan tubuh, aktivitas seksual, respons emosi terhadap hubungan intim seksual, PMS, kontrasepsi, dan kehamilan (Perry&Potter, 2010:31). Informasi faktual ini dapat datang dari rumah, sekolah, buku atau pun teman sebaya. Bahkan informasi seperti ini pun,remaja mungkin tidak mengintergrasikan penhgetahuan ini ke dalam gaya hidupnya. Mereka mempunyai orientasi saat ini dan rasa tidak rentan. Karakteristik ini dapat menyebabkan mereka percaya bahwa kehamilan atau penyakit tidak akan terjadi pada mereka, dan karenanya tindak kewaspadaan tidak diperlukan. Penyuluhan kesehatan harus diberikan dalam konteks perkembangan ini (Potter&Perry, 2005:535).

  1. 4.      Mudah stres
Menurut Potter&Perry (2005:476), Selye (1976) berpendapat bahwa stres adalah segala situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespons atau melakukan tindakan.
Stres dapat menyebabkan perasaan negatif. Umumnya, seseorang dapat mengadaptasi stres jangka panjang maupun jangka pendek sampai stres tersebut berlalu. Namun, jika adaptasi itu gagal dilakukan, stres dapat memicu berbagai penyakit.
Remaja juga sangat rentan dengan strea. Sebab, di masa ini seseorang akan memiliki keinginan serta kegiatan yang sangat banyak. Namun, apabila keinginan dan kegiatan itu tidak berjalan atau tidak terwujudkan sebagaimana mestinya, remaja cenderung menjadikan hal tersebut sebagai beban pikiran mereka. Sehingga remaja mudah mengalami stres. Untuk mengobati itu, remaja menghibur diri atau meminimalisisr stres mereka dengan berkumpul atau bersenang-senang dengan teman sebayanya.
2.2    Teori-Teori Perkembangan Remaja
  1. a.        Teori Psikoanalisa
Psikoanalisa merupakan suatu teori yang berdasarkan pada penganalisaan psikologi seseorang. Ahli teori psikoanalitik menegaskan bahwa pengalaman pada masa dini dengan orang tua akan sangat membentuk perkembangan seseorang khususnya remaja. Ciri-ciri tersebut dipelajari dalam teori psikoanalisa yang utama, yaitu dari Sigmund Freud. Asmadi (2004:103) mengatakan bahwa, menurut Freud, struktur kepribadian manusia terdiri atas aspek Das Es (The Id), Das Ich (The Ego), dan Das Ueber Ich (the super ego).
Dari teori besar Freud yaitu id, ego, dan superego, Freud percaya bahwa dipenuhi oleh ketegangan dan konflik. Untuk mengurangi ketegangan ini, remaja menyimpan informasi dalam pikiran tidak sadar mereka. Ia juga mengatakan bahwa tingkah laku yang sekecil apapun mempunyai makna khusus bila kekuatan tidak sadar di balik tingkah laku tersebut ditampilkan.
Cara ego mengatasi konflik antara tuntutannya untuk realitas, keinginan id dan kekangan dari superego yaitu dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri (defense mechanisme), artinya istilah psikoanalisa ini untuk metode yang tidak disadari ego merusak realitas dan karena itu melindungi dirinya dari rasa cemas. Menurut Freud tahap permulaan dari perkembangan kepribadian, sebagai berikut :
a)      Tahap oral (oral stage) adalah perkembangan yang terjadi pada usia 18 bulan pertama, dimana kesenangan bayi berpusat di sekitar mulut.
b)      Tahap anal (anal stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi antara usia 1,5 dan 3 tahun, di mana kesenangan terbesar anak meliputi anus atau fungsi pembuangan yang berhubungan dengan anus.
c)      Tahap falik (phallic stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi antara usia 3 sampai 6 tahun, kata phallus artinya penis atau alat kelamin laki-laki. Artinya kesenangan berpusat pada alat kelamin karena anak menemukan bahwa memanipulasi diri sendiri memberikan kesenangan.
d)     Tahap latensi (latency stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi antara usia 6 tahun dan pubertas, anak menekan semua minat seksual dan mengembangkan keterampilan intelektual dan sosial.
e)      Tahap genital (genital stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi pada masa pubertas. Pada masa ini adalah masa kebangkitan kembali dorongan seksual, sumber kesenangan seksual yang adalah dari orang lain yang bukan keluarganya. Remaja berada pada tahap ini.

  1. b.      Teori Psikososial
Erikson mengembangkan teori psikososial sebagai perkembangan dari teori psikoanalisis Freud. Erik Erikson mengatakan bahwa tahap perkembangan individu selama hidupnya dipengaruhi oleh interaksi sosial yang menjadikan individu menjadi matang secara fisik dan psikologis.
Menurut Erikson semakin berhasil individu mengatasi konflik, maka semakin sehat perkembangan individu tersebut. Seperti pernyataannya, sebagai berikut :
a)      Percaya versus tidak percaya (trush versus mistrush) adalah tahap psikososial Erikson yang dialami dalam tahun pertaa kehidupan. Rasa percaya tumbuh dari adanya perasaan akan kenyamanan fisik dan rendahnya rasa ketakutan serta kecemasan tentang masa depan.
b)      Otonomi versus malu dan ragu-ragu (autonomy versus shame and doubt) adalah tahap perkembangan yang terjadi pada akhir masa bayi dan “toddler” (usia 1-3 tahun).
c)      Inisiatif versus rasa bersalah (initiative versus guilt) adalah tahap perkembangan yang terjadi selama masa persekolahan.
d)     Industri versus perasaan rendah diri (industry versus inferiority) adalah tahap perkembangan yang tejadi kira-kira pada usia sekolah dasar.
e)      Identitas versus kekacauan identitas (identity versus identity confusion) adalah tahap perkembangan yang dialami individu selama masa remaja. Pada masa ini individu diharapkan pada pertanyaan siapa mereka, mereka itu sebenarnya apa, dan kemana mereka menuju dalam kehiupannya.
f)       Intimasi versus isolasi (intimacy versus isolation) adalah tahap perkembangan yang dialami individu selama masa dewasa awal. Pada masa ini individu menghadapi tugas perkembangan untuk membentuk hubungan intim dengan orang lain.
g)      Generativitas versus stagnasi (generativity versus stagnation) adalah tahap perkembangan yang dialami individu pada masa dewasa tengah.
h)      Integritas versus rasa putus asah (intregity versus despair) adalah tahap perkembangan yang dialami individu pada masa dewasa akhir.



  1. c.       Teori Kognitif
Apabilateori psikoanalisa menekankan pada pentingnya pikiran remaja yang tidak disadari, maka teori-teori kognitif mementingkan pikiran-pikiran sadar mereka. Dua teori kognitif yang penting adalah teori perkembangan kognitif dan Piaget dan teori pemrosesan informasi.
Menurut teori Piaget, remaja secara aktif mengkontruksikan dunia kognitif mereka sendiri, informasi tidak hanya dicurahkan ke dalam pikiran mereka di lingkungan. Piaget juga menyatakan bahwa remaja menyesuaikan pikiran mereka dengan memasukkan gagasan-gagasan baru, karena tambahan informasi akan mengembangkan pemahaman. Empat tahapan dari Piaget adalah sebagai berikut :
a)      Tahap sensorimotorik (sensoriotor stage), yang berlangsung dari lahir sampai kira-kira 2 tahun. Pada tahap ini, anak mengkonstruksikan mengenai dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman sensoris (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan fisik dan motorik.
b)      Tahap praoperasional (preoperational stage) adalah yang berlangsung kira-kira usia 2-7 tahun. Pada tahap ini, anak memulai mempersentasikan dunia dengan kata-kata, citra, dan gambar-gambar.
c)      Tahap operasional konkrit (concrete operational stage) adalah yang berlangsung dari kira-kira 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak dapat melakukan operasi dan penalaran logis, menggatikan pemikiran logis, menggantikan pemikiran intuitif, sepanjang penalaran dapat diaplikasikan pada contoh atau konkrit
d)     Tahap operasional formal (formal operational stage) adalah yang terjadi antara usia 11 dan 15 tahun. Pada tahap ini, individu bergerak melebihi dunia pengalaman yang actual dan konkrit, dan mengubah cara berpikir tentag perkembangan berpikir anak dan remaja.
  1. d.      Teori Tingkah Laku dan Belajar Sosial
Ahli teori ini juga akan menyatakan bahwa alasan untuk rasa ketertarikan remaja terhadap satu sama lain tidak disadari, remaja tidak menyadari bagaimana warisan biologis mereka dan pengalaman hidup pada masa kecil telah berperan dalam mempengaruhi kepribadian mereka di masa remaja.
Ahli teori belajar sosial mengatakan bahwa bukalah robot yang tidak punya pikiran, yang berespon secara mekanis pada orang lain dalam lingkungan kita. Psikolog Amerika Bandura dan Walter Mischel adalah arsitek utama dari versi teori belajar social kontemporer yang disebut teori belajar kognitif. Bandura percaya bahwa kita belajar dengan mengamati apa yang dilakukan orang lain. Melalui belajar observasi (modeling atau imitasi), kita secara kognitif mempeesentasikan tingkah laku orang lain dan kemudian mungkin mengambil tingkah laku tersebut. Model belajar dan perkembangan yang paling mutakhir mencakup tingkah laku, manusia dan kognisi, dan lingkungan. Pendekatan belajar social menekankan pada pentingnya penelitian empiric dalam mempelajari perkembangan. Penelitian ini memfokuskan pada proses-proses yang menjelaskan perekembangan faktor social dan kognitif yang mempengaruhi menjadi manusia seperti sekarang ini.


BAB III

3.1  Dewasa dalam Perkembangan Manusia
Masa dewasa merupakan masa tenang setelah mengalami berbagai aspek gejolak perkembangan pada masa remaja. Masa dewasa juga merupakan masa pematangan kemampuan dan karakteristik yang telah dicapai pada masa remaja. Usia di atas 20 tahun dikelompokkan sebagai usia dewasa. Kelompok usia dewasa dibagi lagi menjadi kelompok dewasa muda (20 tahun sampai 40 tahun) dan dewasa (40 tahun sampai 65 tahun ke atas).
Tiap rentang usia memiliki karakteristik sendiri, tetapi karakteristik tersebut tidak sedinamis dan beragam seperti karakteristik perkembangan pada rentang-rentang usia sebelumnya. Hampir seluruh aspek kepribadian mencapai puncak kematangannya pada akhir masa adolesen, atau awal masa dewasa muda. Pada usia dewasa, terutama dewasa muda perkembangan masih berlngsung, pada usia dewasa ada aspek-aspek lainnya berjalan lambat atau berhenti. Bahkan ada aspek-aspek yang mulai menunjukkan terjadinya kemunduran-kemunduran.
Aspek jasmaniah mulai berjalan lamban, berhenti dan secara berangsur menurun. Aspek-aspek psikis (intelektual-sosial-emosional-nilai) masih terus berkembang, walaupun tidak dalam bentuk penambahan atau peningkatan kemampuan tetapi berupa perluasan dan pematangan kualitas. Pada akhir masa dewasa muda (sekitar usia 40 tahun), kekuatan aspek-aspek psikis ini pun secara berangsur ada yang mulai menurun, dan penurunannya cukup drastis pada akhir usia dewasa.


BAB IV
A.    Karakteristik Perkembangan Orang Dewasa

1.         Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik telah lengkap dan mencapai puncaknya pada masa adolesen. Pada dewasa muda tinggi badan orang maksimal naik sekitar 2-3 cm kecuali dengan latihan-latihan yang luar biasa, tinggi badan orang dewasa bias naik sedikit lebih tinggi lagi. Perkembangan berat badan terus berjalan dan bias tidak beraturan sesuai dengan kebiasan hidup, terutama kebiasaan makan, mengonsumsi makanan, latihan fisik serta pola-pola kebiasaan hidup lainnya. Perkembangan kekuatan tulang dan otot mulai berkurang dan melemah setelah usia 30-35 tahun, tetapi kecekatan, keterampilan, dan kelenturan masih bias bertahan sampai usia 35-40 tahun, setelah itu fungsi aspek-aspek fisik mulai berkurang.
Usia dewasa muda merupakan usia yang secara fisik sangat sehat, kuat, dan cekatan, dengan tenaga yang cukup besar. Masa dewasa muda juga merupakan masa untuk berumah tangga dan melahirkan keturunan. Fungsi-fungsi pengembangan keturunan yang sudah matang pada akhir masa remaja, direalisasikan pada masa dewasa muda. Masa ini merupakan masa yang cukup baik untuk membina rumah tangga, melahirkan, dan membina keturunan.
2.      Perkembangan Intelek
Beberapa ahli psikologi dan pengukuran menyatakan bahwa pada masa dewasa muda tidak ada peningkatan IQ yang berarti. Paling tinggi pada masa ini IQ meningkat 5 point. Walaupun demikian, kualitas kemampuan berpikir kelompok dewasa muda masih terus berkembang, lebih meluas atau komprehensif dan mendalam. Keluasan dan kedalaman kemampuan berpikir ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan informasi yang dikuasai. Makin tinggi dan luas ilmu, pengetahuan dan informasi yang dimiliki makin tinggi kualitas kemampuan berpikir.
3.      Perkembangan Moral
Tentang perkembangan moral pada pria dan wanita, ada yang menyatakan sama tetapi ada juga yang menyatakan berbeda. Sigmun Freud, berpendapat bahwa perkembangan moral pada wanita lebih rendah dibandingkan dengan pria. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Kohlberg pengembang teori moral kognitif. Namun demikian, beberapa penelitian, menyimpulkan, bahwa tidak ada perbedaan yang nyata tentang perkembangan moral pada pria dengan wanita. Perbedaan yang ada bukan disebabkan oleh faktor jenis kelamin, tetapi lebih banyak disebabkan oleh tingkat pendidikan dan profesi.
4.      Pengembangan Karier
Orang bekerja bukan hanya untuk mendapatkan nafkah, tetapi juga untuk mengembangkan karier. Dalam pengembangan karier, pemilihan dan perencanaan karier menjadi hal yang sangat penting, sebab hal ini menentukan karier seseorang selanjutnya, bahkan menentukan kehidupannya. Sejalan dengan berlangsungnya proses perubahan persepsi tentang hak dan derajat wanita, dewasa ini pengembangan karier bukan hanya milik kaum pria, tetapi juga kaum wanita. Dewasa ini telah lebih banyak jumlah wanita yang berkarier dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Banyak kaum wanita yang menunda pernikahan, menunda punya anak, bahkan tidak menikah demi pengembangan karier.


B.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Orang Dewasa
Ada beberapa faktor tertentu dalam kehidupan orang dewasa yang akan mempermudah perkembangan orang dewasa tersebut. Faktor yang paling berpengaruh tersebut adalah: (1) kekuatan fisik; (2) kemampuan motorik; (3) kemampuan mental; (4) motivasi untuk berkembang; dan (5) model peran.
1.      Kekuatan Fisik
Kekuatan fisik yang prima pada orang dewasa, memungkinkan mereka untuk optimal dalam bekerja, berkeluarga, memperoleh keturunan, dan mengelola kehidupan keluarganya. Sebaliknya kekuatan fisik yang tidak prima menghambat orang dewasa untuk mengerjakan apa yang seharusnya dilakukan orang dewasa dan dapat menggagalkan sebagian atau secara total tugas-tugas perkembangan orang dewasa.
2.      Kemampuan Motorik
Kemampuan motorik ini mempunyai hubungan yang positif dengan kondisi fisik yang kuat dan kesehatan yang baik. Kondisi fisik yang kuat dan kesehatan yang baik memungkinkan orang dewasa melatih keterampilan-keterampilannya secara lebih baik. Dengan bekal kemampuan motorik yang sangat baik, orang dewasa dapat melaksanakan dengan baik kegiatan-kegiatan dalam lingkup tugas-tugas perkembangannya. Orang dewasa yang mempunyai kemampuan motorik yang baik akan dengan cepat menguasai keterampilan-keterampilan dalam berolahraga dan berkarya. Hal ini memudahkan mereka untuk bergaul dan berkomunikasi baik di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan pekerjaan.

3.      Kemampuan Mental
Kemampuan mental yang diperlukan untuk menyesuaikan diri pada situasi-situasi baru adalah mengingat kembali hal-hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analogis dan berpikir kreatif. Kemampuan mental ini mencapai puncaknya dalam usia duapuluhan, kemudian sedikit demi sedikit menurun. Kemampuan mental yang dimiliki orang dewasa ini sangat penting kedudukannya dalam menyesuaikan diri terhadap tugas-tugas perkembangan, jauh melebihi pentingnya kemampuan motorik. Kemampuan mental seperti penalaran dengan menggunakan analogi, mengingat kembali informasi yang telah dipelajari, dan berpikir secara kreatif sangat diperlukan dalam mempelajari dan menyesuaikan diri terhadap keterampilan-keterampilan dan kecakapan-kecakapan yang dituntut oleh tugas-tugas perkembangan orang dewasa.
4.      Motivasi untuk Berkembang
Motivasi untuk berkembang memiliki peranan yang strategis dalam perkembangan orang dewasa. Individu yang merasa butuh dan perlu untuk menguasai tugas-tugas perkembangan orang dewasa cenderung mengarahkan perilakunya kea rah tugas-tugas perkembangan orang dewasa. Sebaliknya individu yang tidak memiliki motivasi untuk berkembang menjadi orang dewasa individu tersebut cenderung mengabaikan tugas-tugas perkembangan orang dewasa yang harus dikuasainya.
5.      Model Peran
Faktor lingkungan perkembangan orang dewasa sangat berpengaruh terhadap perkembangan orang dewasa. Orang dewasa yang berinteraksi dengan orang dewasa lainnya mempunyai model peran untuk diteladani. Karena berinteraksi dengan orang dewasa lainnya mereka memperoleh motivasi untuk mencontoh perilaku sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang dianut oleh masyarakat orang dewasa. Sebaliknya orang dewasa yang masih berinteraksi dengan remaja dan mengikuti garis-garis perilaku remaja akan tetap berperilaku seperti remaja dan bukan pola perilaku orang dewasa. Jika mereka tetap dalam status ketergantungan, mereka hampir tidak memperoleh kesempatan atau motivasi untuk menguasai tugas-tugas perkembangan orang dewasa.

C.      Perbedaan Individual Orang Dewasa

A.    Perbedaan Dalam Minat

1.      Minat Pribadi


a.       Penampilan
Minat terhadap penampilan sangat kuat bagi pria dan wanita dewasa pada umumnya. Banyak hal yang dipelajari oleh pria dan wanita deawasa untuk memperoleh penampilan yang memuaskannya dan untuk memperoleh manfaat yang lebih besar daripadanya. Penampilan fisik yang diminati meliputi tinggi dan berat badan serta raut wajah. Untuk keperluan penampilan fisik itulah maka banyak orang dewasa yang mempelajari cara-cara diet, melakukan olahraga, dan mempelajari cara-cara penampilan diri yang menarik.
b.      Pakaian dan Perhiasan
Perhatian terhadap pakaian dan perhiasan tetap berperan kuat dalam masa dewasa. Orang-orang dewasa sangat sadar bahwa keberhasilan dalam banyak hubungan sosial dan berbagai bidang kegiatan, banyak dipengaruhi oleh penampilan pakaian dan perhiasannya.
c.       Uang
Orang dewasa lebih tertarik pada uang karena uang dapat memenuhi kebutuhannya. Berbagai masalah yang ditimbulkan uang berasal dari kurangnya pengetahuan bagaimana memanfaatkan uang secara bijaksana atau karena terbawa kebiasaan sewaktu masih remaja.
d.      Agama
Orang dewasa umumnya menaruh cukup perhatian pada agama, orang tua sering merasa bahwa mengajarkan dasar-dasar agama yang dianut kepada anak-anak merupakan tanggung jawab moral sebagai orang tua, dan kewajiban untuk member teladan kepada anak-anaknya.
2.      Minat Rekreasi
Istilah rekreasi diartikan sebagai kegiatan yang memberikan kesegaran atau mengembalikan kekuatan dan kesegaran psikologis sesudah lelah bekerja atau sesudah mengalami keresahan psikologis. Fungsi rekreasi sama dengan fungsi bermain pada masa kanak-kanak. Meskipun demikian rekreasi orang dewasa lain dari permainan kanak-kanak ataupun remaja. Meskipun demikian, terdapat banyak kesempatan, banyak orang dewasa tidak mendapatkan kepuasan dari kegiatan rekreasi mereka. Salah satu masalah penyesuaian utama ialah bahwa mereka masih harus belajar bagaimana menggunakan waktu luang secara menyenangkan.




Banyak faktor yang mempengaruhi pola rekreasi orang dewasa. Beberapa faktor tersebut adalah:
a.       Kesehatan,
b.      Waktu,
c.       Status perkawinan,
d.      Status sosial ekonomi,
e.       Jenis kelamin,
f.       Penerimaan sosial.

3.      Minat Sosial
Semua orang dewasa mesti memiliki posisi dalam kehidupan sosial, entah itu dalam lingkungan sosial secara luas, atau lingkungan sekolah atau perguruan tinggi, atau pun lingkungan keluarganya. Posisi-posisi tersebut menantang orang dewasa untuk berperan di dalamnya dan mengadakan aktivitas tertentu seirama dengan peranannya tersebut. Para orang dewasa jelas memiliki peranan, apakah sebagai pemimpian atau yang lainnya. Orang dewasa pada umumnya mempunyai cita-cita atau arah tujuan hidup bermasyarakat.
Beberapa faktor yang mempengaruhi minat dan aktivitas sosial orang dewasa adalah sebagai berikut:
a.       Mobilitas Sosial
b.      Status sosial ekonomi
c.       Lamanya tinggal dalam suatu kelompok masyarakat
d.      Kelas sosial
e.       Lingkungan
f.       Jenis kelamin
g.      Umur kematangan seksual
h.      Urutan kelahiran
i.        Keanggotaan dari tempat beribadah.

B.     Kepribadian
Kualitas perilaku orang dewasa itu bersifat khas sehingga dapat dibedakan individu orang dewasa yang satu dari yang lainnya. Keunikan tersebut didukung oleh struktur organisasi ciri-ciri jiwa raganya yang terbentuk secara dinamis. Ciri-ciri kepribadian orang dewasa yang tampak dalam interaksinya dengan lingkungannya, antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Karakter, yang mengacu pada teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat, dan sebagainya.
2.      Termperamen, yang mengacu pada cepat atau lambatnya bereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang dating dari lingkungannya.
3.      Sikap, yang mengacu pada positif atau negative atau ambivalensinya sambutannya terhadap objek-objek.
4.      Stabilitas emosional, yang mengacu pada mudah tidaknya tersinggung, marah, menangis, atau putus asa.
5.      Tanggung jawab, yang mengacu pada menerima atau cuci tangan atau melarikan diri dari resiko, atas tindakan dan perbuatannya.
6.      Sosiabilitas, yang mengacu pada keterbukaan atau ketertutupan dirinya serta kemampuannya berkomunikasi dengan orang lain.

C.     Kecakapan
Kecakapan orang dewasa yang satu dengan yang orang dewasa lainnya berbeda. Orang dewasa yang tampak dapat bertindak secara cepat, tepat, dan dengan mudah, lazim dikenal orang yang cakap. Dalam istilah psikologis orang tersebut disebut sebagai orang yang berperilaku inteligen.






D.    Kebutuhan-kebutuhan Orang Dewasa

Teori Biologis (biogenic theories) yang menyangkut proses biologis yang lebih menekankan pada mekanisme pembawaan biologis, seperti instink dan kebutuhan-kebutuhan biologis. Dan teori sosiologis (sosiogenetic theories) lebih menekankan pada pengaruh kebudayaan atau kehidupan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa orang dewasa melakukan aktivitas karena didorong oleh adanya faktor-faktor biologis serta adanya pengaruh perkembangan budaya manusia
Murray dan Edwards mengungkapkan limabelas aspek kebutuhan orang dewasa, yaitu sebagai berikut:
1.      Kebutuhan berprestasi (achievement)
Mengacu pada doronganuntuk mencapai hasil sebaik mungkin, dan lain sebagainya.
2.      Kebutuhan rasa hormat (deference)
Mengacu pada dorongan untuk mendapat pengaruh dari orang lain, dan lain sebagainya.
3.      Kebutuhan keteraturan (order)
Mengacu pada dorongan untuk melakukan pekerjaan secara rapi serta teratur dan lain sebagainya.
4.      Kebutuhan memperlihatkan diri (exhibition)
Mengacu pada dorongan untuk memperlihatkan diri agar menjadi pusat perhatian orang dan lain sebagainya.
5.      Kebutuhan otonomi (autonomy)
Mengacu pada dorongan untuk menyatakan kebebasan diri dalam berbuat atau mengatakan apapun dan lain sebagainya.
6.      Kebutuhan afiliasi (affiliation)
Mengacu pada dorongan untuk setia kawan, dan lain sebagainya.
7.      Kebutuhan intrasepsi (intraception)
Mengacu pada dorongan untuk menganalisis motif dan perasaan diri dan lain sebagainya.
8.      Kebutuhan berlindung (succorance)
Mengacu pada dorongan untuk memperoleh bantuan orang lain apabila mendapat kesulitan dan lain sebagainya.
9.      Kebutuhan dominan (dominance)
Mengacu pada dorongan untuk membantah pendapat orang lain dan lain sebagainya.
10.  Kebutuhan merendah (abasement)
Mengacu pada dorongan untuk mengakui berdosa apabila berbuat keliru dan lain sebagainya.
11.  Kebutuhan memberi bantuan (nurturance)
Mengacu pada dorongan untuk menolong kawan yang kesulitan dan lain sebagainya.
12.  Kebutuhan perubahan (change)
Mengacu pada dorongan untuk menggarap hal-hal yang baru dan lain sebagainya.
13.  Kebutuhan ketekunan (endurance)
Mengacu pada dorongan untuk bertahan pada suatu pekerjaan hingga selesai dan lain sebagainya.
14.   Kebutuhan heteroseksualitas (heterosexuality)
Mengacu pada dorongan untuk bepergian dengan kelompok yang berlawanan jenis kelamin dan lain sebagainya.
15.  Kebutuhan agresi (aggression)
Mengacu pada dorongan untuk menyerang pandangan yang berbeda dan lain sebagainya.
Di antara kebutuhan utama dan kuat yang mendorong individu orang dewasa untuk hidup berkeluarga adalah kebutuhan material, kebutuhan seksual, dan kebutuhan psikologis. Tetapi dari segi psikologi, kebutuhan utama dan terkuat untuk berkeluarga bagi orang dewasa adalah kebutuhan akan cinta, rasa aman, pengakuan, dan persahabatan.



BAB V
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang masa kanak-kanak sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah laku remaja sangat berbeda pada saat masih kanak-kanak. Hubungan dengan kelompok (teman sebaya) lebih erat dibandingkan hubungan dengan orang tua. Teori-teori perkembangan remaja antara lain, teori psikoanalisa, teori psikososial, teori kognitif serta teori tingkah laku dan belajar sosial. Tahap perkembangan remaja dimulai dari fase praremaja, remaja awal, dan remaja akhir. Karakteristik  pertumbuhan dan perkembangan remaja antara lain, perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial, remaja berfikir secara logis dan transisi sosial remaja mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain. Sementara itu, ciri khas remaja adalah hubungan dengan teman sebaya lebih erat, hubungan dengan orang tua penuh konflik, keingintahuan seks yang tinggi, dan mudah stres.
Masa dewasa adalah masa tenang setelah mengalami berbagai aspek gejolak perkembangan pada masa remaja. Masa dewasa juga merupakan masa pematangan kemampuan dan  karakteristik yang telah dicapai pada masa remaja.

Karakteristik perkembangan orang dewasa terbagi menjadi 4 perkembangan, yaitu:
1.      Perkembangan fisik,
2.      Perkembangan intelek,
3.      Perkembangan moral,
4.      Pengembangan karier.

Adapun yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan orang dewasa adalah sebagai berikut:
1.      Kekuatan fisik,
2.      Kemampuan motorik,
3.      Kemampuan mental,
4.      Motivasi untuk berkembang,
5.      Model peran.

Sementara yang menjadi perbedaan individual orang dewasa dengan yang lainnya, adalah:
1.      Perbedaan dalam minat,
2.      Kepribadian,
3.      Kecakapan.

Dan kebutuhan orang dewasa, menurut Murray dan Edwards terdapat limabelas aspek, yaitu sebagai berikut:
1.    Kebutuhan berprestasi
2.    Kebutuhan rasa hormat
3.    Kebutuhan keteraturan
4.    Kebutuhan memperlihatkan diri
5.    Kebutuhan otonomi
6.    Kebutuhan afiliasi
7.    Kebutuhan intrasepsi
8.    Kebutuhan berlindung
9.    Kebutuhan dominan
10.  Kebutuhan merendah
11.  Kebutuhan memberi bantuan
12.  Kebutuhan perubahan
13.  Kebutuhan ketekunan
14.  Kebutuhan heteroseksualitas
15.  Kebutuhan agresi.



DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukhripah. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Bandung:Refika Aditama.
Dorland, W.A. Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta:EGC.
Potter, Patricia A. dan Anne Griffin P. 2005. Fundamental Keperawatan Vol.1. Jakarta: EGC.
Potter, Patricia A. dan Anne Griffin P. 2010. Fundamental Keperawatan Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta:EGC.

Dunia Psikologi:Teori perkembangan masa remaja
http://rendywirajuniarta.blogspot.com/2011/04/teori-perkembangan-masa-remaja.html
Diakses: Selasa, 27 nov 2012, pukul : 18.50 WIB.

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/53487/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=3
diakses: hari rabu, 28 nov 2012, pukul : 16:45

Karakteristik Remaja
http://belajarpsikologi.com/karakteristik-remaja





Mappire, Andi. 1983, Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional.
Nurihsan, Juntika. 2000, Bimbingan dan Konseling untuk Orang Dewasa. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Sumantri, Mulyani dan Nana Syaodih. 2008, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.