BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan pada setiap individu manusia berlangsung secara terus menerus dan tidak dapat diulang kembali. Masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap perbuatan-perbuatan yang kurang baik diakibatkan sikap mereka yang suka mencoba-coba pada hal yang baru. Pada masa remaja terjadi perubahan-perubahan fisik baik bersifat struktural maupung fungsinya, yang berbeda antara remaja laki-laki dan remaja perempuan. Gejala-gejala perubahan fisik remaja, mulai nampak ketika anak mulai memasuki masa awal remaja sebagai bagian pertama dalam masa remaja secara keseluruhan. Perubahan fisik pada remaja hampir selalu disertai dengan perubahan-perubahan dalam sikap dan perilaku.
Manusia memiliki perbedaan satu sama lain dalam berbagai aspek, antara lain dalam pertumbuhan, perkembangan sosial, perkembangan bahasa dan juga inteligensinya. Perbedaan itu akan tampak jika diamati dalam proses belajar mengajar didalam kelas. Ada peserta didik yang cepat, ada yang lambat dan ada pula yang sedang dalam penguasaan materi pelajaran. Ada siswa yang tingkah lakunya baik dan ada pula siswa yang tingkah lakunya kurang baik. Perbedaan individu dalam perkembangan intelek menunjuk kepada perbadaan dalam kemampuan dan kecepatan belajar. Perbedaan-perbedaan individual peserta didik akan tercermin pada sifat-sifat atau ciri-ciri mereka dalam kemampuan, keterampilan, sikap dan kebiasaan belajar, serta kualitas proses dan hasil belajar baik dari segi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Perkembangan intelektual sebenarnya dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu hereditas dan lingkungan. Pengaruh kedua faktor itu pada kenyataannya tidak terpisah secara sendiri-sendiri.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari pertumbuhan ?
2. Apa itu intelektual dan apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual ?
3. Apa yang dimaksud perkembangan sosial dan bagaimana karakteristik perkembangan sosial remaja ?
4. Bagaimana perkembangan bahasa terhadap remaja ?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari pertumbuhan.
2. Mengetahui pengertian intelektual dan apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual.
3. Mengetahui perkembangan sosial dan bagaimana karakteristik perkembangan sosial remaja.
4. Mengetahui perkembangan bahasa terhadap remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik atau pertumbuhan biologis (biological growth) merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan individu. Pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode pranatal (dalam kandungan). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini Kuhlen dan Thompson mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu :
1. Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi
2. Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik
3. Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis
4. Struktur Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.
Menurut Seifert dan Hoffinung (1994), perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh ( seperti: pertumbuhan otot, sistem saraf, organ-organ indrawi, pertumbuhan tinggi, berat badan, hormon, dan lain-lain), dan perubahan-perubahan dalam cara individu dalam menggunakan tubuhnya (seperti perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan seksual), serta perubahan dalam kemampuan fisik (seperti penurunan fungsi jantung, penglihatan dan sebagainya).
Menurut Muss yang dikutip oleh Sarlito Wirawan (Sarlito, 1991: 51), urutan perubahan-perubahan fisik adalah sebagai berikut :
1. Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota badan menjadi panjang)
2. Pertumbuhan payudara
3. Tumbuh bulu halus berwarna gelap di kemaluan
4. Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya
5. Bulu kemaluan menjadi keriting
6. Menstruasi atau haid
7. Tumbuh bulu-bulu pada ketiak.
Pada anak laki-laki :
1. Pertumbuhan tulang-tulang
2. Testis (buah pelir) membesar
3. Tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap
4. Awal perubahan suara
5. Ejakulasi
6. Bulu kemaluan menjadi keriting
7. Pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya
8. Tumbuh rambut-rambut halus diwajah
9. Tumbuh bulu ketiak
10. Akhir pada perubahan suara
11. Rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap
12. Tumbuh bulu di dada.
Seseorang akan mengalami petumbuhan fisik (tinggi dan berat badan) yang sangat pesat pada usia remaja yang dikenal dengan istilah growth spurt. Growth spurt merupakan tahap pertama dari serangkaian perubahan yang membawa seseorang kepada kematangan fisik dan seksual. Kecepatan pertumbuhan tertinggi pada remaja putri terjadi sekitar usia 11-12 tahun, sementara pada remaja putra, dua tahun lebih lambat. Pada masa pertumbuhan maksimum ini, remaja putri bertambah tinggi badannya sekitar 3 inci, sementara remaja putra bertambah lebih dari 4 inci per tahunnya (Marshall, dalam Seifert dan Hoffnung, 1987). Seperti halnya tinggi badan, pertumbuhan berat badan juga meningkat di usia remaja. Pertumbuhan berat badan ini lebih sulit diprediksi daripada tinggi badan, dan lebih mudah dipengaruhi oleh diet, latihan fisik, dan pola hidup. Pada usia remaja, tubuh remaja putri lebih berlemak daripada remaja putra. Selama ini pubertas, lemak tubuh remaja putra menurun dari sekitar 18-19 % menjadi 11% dari bobot tubuh. Sementara pada remaja putri, justru meningkat dari sekitar 21% menjadi sekitar 26-27% (Sinclair, dalam seifert dan Hoffnung, 1987).
Pubertas adalah periode pada masa remaja awal yang ditandai dengan perkembangan kematangan fisik dan seksual sepenuhnya (Seifert dan Hoffnung, 1987). Pubertas ditandai dengan terjadinya perubahan pada ciri-ciri seks primer dan sekunder. Ciri-ciri seks primer memungkinkan terjadinya reproduksi. Pada wanita, ciri-ciri ini meliputi perubahan pada vagina, uterus, tuba falopi, dan ovari. Perubahan ini ditandai dengan munculnya menstruasi pertama. Pada pria, ciri-ciri ini meliputi perubahan pada penis, scrotum, testis, prostate gland, dan seminal vesicles. Perubahan ini menyebabkan produksi sperma yang cukup sehingga mampu untuk bereproduksi, dan perubahan ini ditandai dengan keluarnya sperma untuk pertama kali (biasanya melalui wet dream). Ciri-ciri seks sekunder meliputi perubahan pada buah dada, pertumbuhan bulu-bulu pada bagian tertentu tubuh, serta makin dalamnya suara. Perubahan ini erat kaitannya dengan perubahan hormonal. Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin, kemudian dilepaskan melalui aliran darah menuju berbagai organ tubuh. Kelenjar seks wanita (ovaries) dan pria (testes) mengandung sedikit hormon. Hormon ini berperan penting dalam kematangan seksual. Kelenjar pituitary (yang berada di dalam otak) merangsang testes dan ovaries untuk memproduksi hormon yang dibutuhkan. Proses ini diatur oleh hypothalamus yang berada diatas batang otak.
2.2. Perkembangan Intelektual
Intelektual (intelegensi) berasal dari kata lain ialah "intelligere" yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Dengan kata lain intelektual (intelegensi) adalah kemampuan mental individu yang dapat dipergunakan untuk menyesuaikan diri didalam lingkungan yang baru, serta dapat memecahkan diri didalam lingkungan yang baru, serta dapat memecahkan problem-problem yang dihadapi dengan cepat dan tepat. Berbicara mengenai intelegensi biasanya dikaitkan dengan kemampuan untuk pemecahan masalah, kemampuan untuk belajar, maupun kemampuan untuk berfikir abstrak. Pendapat Stern yang dimaksud intelegensi adalah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berfikir menurut tujuannya.
Beberapa definisi intelektual menurut para ahli, diantaranya :
1. Intelektual merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul (Gunarsa, 1991)
2. Pengertian intelektual menurut Cattel (dalam Clark, 1983) adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang terlihat dalam kemampuan memahami hubungan yang lebih kompleks, semua proses berfikir abstrak, menyesuaikan diri dalam pemecahan masalah dan kemampuan memperoleh kemampuan baru.
3. David Wechsler (dalam Saifuddin Azwar, 1996) mendefinisikan intelektual sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional, serta menghadapi lingkungan secara efektif.
Bentuknya intelektual dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Intelektual (intelegensi) praktis, yakni intelegensi untuk dapat mengatasi situasi yang sulit yang berlangsung secara cepat dan tepat.
b. Intelektual (intelegensi) teoritis, yakni intelektual (intelegensi) dalam rangka mendapatkan pemikiran-pemikiran penyelesaian masalah dengan cepat dan tepat.
Kecerdasan intelektual dapat dilihat dari kemampuan seseorang memandang masalah secara ilmiah, logis dan menyusun rumusan problem solving berdasarkan teori. Hanya saja orang yang cerdas secara intelektual terkadang terkesan kepada logika yang tidak relevan dengan problem solving itu sendiri. Ia puas dengan analisa yang masuk akal dan bangga dengan kriterianya kepada kaidah keilmuan. Langkah-langkah berfikir tersebut dapat diikhtisarkan sebagai berikut : Pertama, kesadaran akan adanya problem. Kedua, Penghimpunan data mengenai problem yang dihadapi. Ketiga, penyusunan hipotesa. Keempat, penilaian terhadap hipotesa. Kelima, pengujian kebenaran hipotesa. Inilah langkah-langkah berfikir yang biasanya diikuti dalam memecahkan suatu problem.
2.2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Intelektual
Perkembangan Intelektual sebenarnya dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu hereditas dan lingkungan. Pengaruh kedua faktor itu pada kenyataannya tidak terpisah secara sendiri-sendiri melainkan seringkali merupakan resultan dari interaksi keduanya. Pengaruh faktor hereditas dan lingkungan terhadap perkembangan intelektual itu dapat dijelaskan berikut ini :
1. Faktor Hereditas
1. Faktor Hereditas
Semenjak dalam kandungan, anak telah memiliki sifat-sifat yang menentukan daya kerja intelektualnya. Secara potensial anak telah membawa kemungkinan apakah akan menjadi kemampuan berfikir secara normal, diatas normal atau dibawah normal. Namun, potensi ini tidak akan berkembang atau terwujud secara optimal apabila lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang. Oleh karena itu, peranan lingkungan sangat menentukan perkembangan intelektual anak.
2. Faktor Lingkungan
Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam mempengaruhi perkembangan intelek anak, yaitu keluarga dan sekolah.
a. Keluarga
Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berfikir. Cara-cara yang digunakan, misalnya memberi kesempatan kepada anak untuk merealisasikan ide-idenya, menghargai ide-ide tersebut, memuaskan dorongan keingintahuan anak dengan jalan seperti menyediakan bacaan, alat-alat ketrampilan, dan alat-alat yang dapat mengembangkan daya kreatifitas anak. Memberi kesempatan atau pengalaman tersebut akan menuntut perhatian orantua.
b. Sekolah
Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggungjawab untuk meningkatkan perkembangan anak tersebut perkembangan berfikir anak. Dalam hal ini, guru hendaknya menyadari bahwa perkembangan intelektual anak terletak ditangannya. Beberapa cara diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Menciptakan interaksi atau
hubungan yang akrab dengan peserta didik
2.
Memberi kesempatan kepada
para peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang yang ahli dan pengalaman
dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, sangat menunjang perkembangan
intelektual anak.
3.
Menjaga dan meningkatkan
pertumbuhan fisik anak, baik melalui kegiatan olahraga maupun menyediakan gizi
yang cukup, sangat penting bagi perkembangan berfikir peserta didik
4.
Meningkatkan kemampuan
berbahasa peserta didik, baik melalui media cetak maupun dengan menyediakan
situasi yang memungkinkan para peserta didik berpendapat atau mengemukakan
ide-idenya.
2.2.2 Perbedaan Individu dalam
kemampuan dan Perkembangan Intelek
Seperti yang diketahui, manusia
itu berbeda satu sama lain dalam berbagai hal, juga tentang intelegensinya.
Klasifikasi Nilai hasil tes IQ:
Untuk tes IQ score yang
dihasilkan berkisar 70-169. Dengan penerjemahan sebagai berikut :
140 – 169 : Very superior (sangat pandai)
120 – 139 : Superior (pandai)
110 – 119 : High average (diatas rata-rata)
90 – 109 : Average (rata-rata)
80 – 89 : Low average (dibawah rata-rata)
70 – 79 : Barderline (lambat belajar)
Menurut Piaget, intelegensi
mempunyai beberapa sifat :
a.
Intelegensi adalah
interaksi aktif dengan lingkungan
b.
Intelegensi meliputi
struktur organisasi perbuatan dan pikiran, dan interaksi yang bersangkutan
antara individu dan lingkungannya.
c.
Struktur tersebut dalam
perkembangannya mengalami perubahan kualitatif
d.
Dengan bertambahnya usia,
penyesuaian diri lebih mudah karena proses keseimbangan yang bertambah luas
e.
Perubahan kualitatif pada
intelegensi timbul pada masa yang mengikuti suatu rangkaian tertentu.
2.2.3 Usaha dalam Membantu
Mengembangkan Intelektual Remaja dalam Proses Pembelajaran
Menurut Piaget sebagian besar
anak usia remaja mampu memahami konsep-konsep abstrak dalam batas-batas
tertentu. Guru dapat membantu mereka melakukan hal ini dengan selalu
menggunakan pendekatan ketrampilan prosess (discovery approach) dan dengan
memberikan penekanan pada penggunaan konsep-konsep dan abstrak-abstrak. Kondisi
psikologis yang perlu diciptakan agar peserta didik merasa aman secara
psikologis sehingga mampu mengembangkan kemampuan intelektualnya adalah sebagai
berikut :
a1. Pendidik menerima peserta
didik secara positif sebagaimana adanya tanpa syarat (unconditional positive
regard)
b2.
Pendidik menciptakan
suasana dimana peserta didik tidak merasa terlalu dinilai oleh orang lain
c3.
Pendidik memberikan
pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan dan perilaku peserta
didik, dapat menempatkan diri dalam situasi peserta didik, serta melihat
sesuatu dari sudut pandang mereka (empathy)
d4. Menerima remaja secara
positif sebagaimana adanya tanpa syarat (unconditional positive regard)
e5. Memahami pemikiran ,
perasaan dan perilaku remaja, menempatkan diri dalam situasi remaja, serta
melihat sesuatu dari sudut pandang mereka (empathy)
f.
Memberikan suasana
psikologis yang aman bagi remaja untuk mengemukakan pikiran-pikirannya sehingga
terbiasa berani mengembangkan pemikirannya sendiri.
2.3. Perkembangan sosial
2.3.1. Pengertian Perkembangan
Hubungan Sosial
Hubungan sosial merupakan
hubungan antarmanusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari
tingkat yang sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin
dewasa, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian, tingkat
hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada jenjang
perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain demi
memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan bahwa
pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar
manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
2.3.2 Karakteristik Perkembangan
Sosial Anak, Remaja dan Dewasa
Anak mulai memiliki kesanggupan
menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja
sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Berkat
perkembangan sosial, anakdapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman
sebayanya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar
disekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai
dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik
maupun tugas yang membutuhkan fikiran. Hal ini dilakukan agar anak belajar
tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati dan tanggung
jawab.
Pada masa remaja berkembang
“social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami
orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat,
nilai-nilai, maupun perasaan. Pada masa ini juga berkembang sikap “conformity”,
yaitu kecenderungan untuk menyerah atau
mengikuti opini, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain
(teman sebaya). Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap
dan perilaku yang secara moral dan agama dapat dipertanggungjawabkan maka
kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadi yang baik.
Sebaliknya, apabila kelompok itu menampilkan sikap dan perilaku yang melecehkan
nilai-nilai moral maka sangat penting dimungkinkan remaja akan melakukan
perilaku seperti kelompoknya tersebut.
Selama masa dewasa, dunia sosial
dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan
masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa ini , individu memasuki peran kehidupan
yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam
beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan tersebut tidak disebabkan
oleh perubahan fisik dan kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih
disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga
dan pekerjaan. Selama periode ini orang melibatkan diri secara khusus dalam
karir, pernikahan dan hidup berkeluarga.
2.3.3. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial manusia
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : keluarga, kematangan anak, status
ekonomi, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental
terutama emosi dan intelegensi.
1.
Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang
memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk
perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan
lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma
kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa
perilaku kehidupan anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan
kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan
bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas
ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
2.
Kematangan anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik
dan psikis. Untuk mampu mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan
menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di
samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian, untuk
mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap
orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
3.
Status sosial ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh
kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat
akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan
dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara
tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan
memperhitungkan norma yang berlaku didalam keluarganya. Dari pihak anak itu
sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah
ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak
akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal
tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan
menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat
berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain
mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
4.
Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi
anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang
normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan
kehidupan mereka dimasa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus
diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga,
masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja
diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan
(sekolah). Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma
lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa (nasional)
dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
5.
Kapasitas mental, emosi dan
intelegensi
Kemampuan berfikir banyak mempengaruhi
banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang
berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena
itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian
emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan
sosial anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain
merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah
dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
2.3.4. Pengaruh Perkembangan Sosial
terhadap Tingkah Laku
Dalam
perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran
itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepada penilaian diri
dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya
tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang menyembunyikannya
atau merahasiakannya. Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari
teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain,
termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan abstraksi anak sering menimbulkan
kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan
bagaimana yang semestinya menurut alam pikirannya. Disamping itu pengaruh
egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa :
1.
Cita-cita dan idealism yang
baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat lebih
jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak
berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2.
Kemampuan berfikir dengan
pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam
melengkapi pendapat orang lain, maka sikap ego semakin berkurang dan diakhir
masa remaja sudah sangat kecil rasa egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan
baik.
2.3.5.
Upaya Pengembangan Hubungan
Sosial Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
a.
Penciptaan kelompok sosial
remaja perlu dikembangkan untuk memberikan rangsang kepada mereka kearah
perilaku yang bermanfaat.
b.
Perlu sering diadakan
kegiatan kerja bakti, bakti karya dan kelompok belajar untuk dapat mempelajari
remaja bersosialisasi sesamanya dan masyarakat.
2.4.
Perkembangan Bahasa
Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan
oleh seseorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain dan bahasa
merupakan alat bergaul. Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan
kognitif yang berarti faktor intelek/ kognisi sangat berpengaruh terhadap
perkembangan kemampuan berbahasa. Contohnya bayi yang tingkat intelektualnya
belum berkembang dan masih sangat sederhana, bahasa yang digunakannya juga
sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang serta mulai mampu
memahami lingkungannya, maka bahasa mulai berkembang dari tingkat yang sangat
sederhana menuju ke bahasa yang kompleks.
Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa dasarnya
merupakan hasil belajar dari lingkungan. Anak (bayi) belajar bahasa seperti
halnya belajar hal yang lain, meniru dan
mengulang hasil yang telah didapatkan merupakan cara belajar bahasa awal. Bayi bersuara,
‘mm mmm’, ibunya tersenyum mengulang menirukan dengan memperjelas dan memberi
arti suara itu menjadi ‘maem-maem’. Bayi belajar menambah kata-kata dengan
meniru bunyi-bunyi yang didengarnya. Manusia dewasa (terutama ibunya)disekelilingnya
membetulkan dan memperjelas.
Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia 6-7
tahun, disaat anak mulai bersekolah. Jadi perkembangan bahasa adalah
meningkatnya kemampuan penguasaan alat komunikasi, baik alat komunikasi dengan
cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Mampu dan
menguasai alat komunikasi disini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat
memahami dan dipahami orang lain.
2.4.1. Karakteristik Perkembangan Bahasa Pada Remaja
Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang. Remaja telah banyak
belajar dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari
kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat
dan khususnya pergaulan teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang
dimiliki adalah bahasa yang berkembang didalam keluarga atau lingkungannya.
Pekembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan
masyarakat dimana mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan kepribadian yang
dihasilkan dari pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam
perilaku bahasa. Pengaruh pergaulan didalam masyarakat (teman sebaya) terkadang
cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola
bahasa pergaulan yang berkembang didalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu
berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus, seperti
istilah berteman dikalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal
ulangan atau tes.
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga, masyarakat dan sekolah
dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan per bedaan antara anak yang satu
dengan yang lainnya. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan penggunaan kosakata
sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan
pendidikan rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa
sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar. Masyarakat terdidik yang pada
umumnya memiliki status sosial lebih baik, menggunakan istilah-istilah lebih
selektif dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa lebih baik.
2.4.2. faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh karena itu
perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a.
Umur Anak
Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya,
bertambah pengalaman, dan meningkatkan kebutuhan. Faktor fisik dan ikut
mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya pertumbungan organ bicara, kerja
otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja
perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat
kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual, anak akan
mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.
b.
Kondisi Lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil cukup besar
dalam berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan perkotaan akan berbeda dengan
lingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa didaerah pantai,
pegunungan dan daerah-daerah terpencil menunjukkan perbedaan.
c.
Kecerdasan Anak
Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat. Kemampuan
menyusun kalimat dengan baik dan memahami atau menangkap maksud suatu
pernyataan fisik lain, amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan
seseorang anak.
d.
Status Sosial Ekonomi
Keluarga
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan
situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan anggota
keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga
yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial
rendah
e.
Kondisi fisik
Kondisi fisik disini kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya
untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan organ suara tidak sempurna
akan mengganggu perkembangan alam berbahasa.
2.3.4. Pengaruh Kemampuan Berbasa terhadap Kemampuan Berfikir
Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling mempengaruhi satu sama
lain. Bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan
sebaliknya. Seseorang rendah kemampuan berpikirnya, akan mengalami kesulitan
dalam menyusun kalimat yang baik, logis dan sistematis. Hal ini akan berakibat
sulitnya berkomunikasi.
Bersosialisasi berarti melakukan konteks dengan orang lain. Seseorang menyampaikan
ide dan gagasannya dengan berbahasa dan menangkap ide dan gagasan orang lain
melalui bahasa. Menyampaikan dan mengambil makna ide dan gagasan itu merupakan
proses berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan menangkap arti bahasa akan
berakibat ketidaktepatan dan kekaburan persepsi yang diperolehnya.
2.4.4. Perbedaan Individual dalam Kemampuan dan Perkembangan Bahasa
Menurut Chomsky (woolfolk, dkk. 1984) anak dilahirkan ke dunia telah
memiliki kapasitas berbahasa. Akan tetapi seperti dalam bidang yang lain,
faktor lingkungan akan mengambil peranan yang cukup menonjol, mempengaruhi
perkembangan bahasa anak tersebut. Mereka belajar makna kata dan bahasa sesuai
dengan aoa yang mereka dengar, lihat dan hayati dalam hidupnya sehari-hari. Perkembangan
bahasa anak terbentuk oleh lingkungan yang berbeda-beda.
Berpikir dan berbahasa mempunyai korelasi tinggi, anak dengan IQ tinggi
akan berkemampuan bahasa yang tinggi. Sebaran nilai IQ menggambarkan adanya
perbedaan individual anak, dan dengan demikian kemampuan mereka dalam bahasa
juga bervariasi sesuai dengan variasi kemampuan mereka berpikir.
2.4.5.
Upaya Pengembangan
Kemampuan Bahasa dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa yang bervariasi bahasanya,
baik kemampuannya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru harus mengembangkan
strategi belajar mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan pada potensi dan
kemampuan anak.
1.
Anak perlu melakukan
pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang telah diberikan dengan kata
dan bahasa yang disusun oleh murid-murid sendiri. Dengan cara ini senantiasa
guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa
murid-muridnya.
2.
Berdasarkan hasil
identifikasi itu guru melakukan pengembangan bahasa murid dengan menambahkan
perbendaharaan bahasa lingkungan yang telah dipilih sec ara tepat dan benar
oleh guru. Cerita murid tentang isi pelajaran yang telah dipercaya itu
diperluas untuk langkah-langkah selanjutnya, sehingga para murid mampu menyusun
cerita lebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah dipelajari dengan
menggunakan pola bahasa mereka sendiri.
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
1.
Pada masa remaja terjadi
perubahan-perubahan fisik baik bersifat struktural maupun fungsinya, yang
berbeda antara remaja laki-laki dan remaja perempua. Gejal-gejala perubahan
fisik remaja, mulai nampak ketika anak mulai memasuki masa awal remaja sebagai
bagian pertama dalam masa remaja secara keseluruhan.
2.
Intelektual adalah
kecakapan mental, yang menggambarkan kemampuan berfikir. Tes intelegensi yang
tekenal adalah tes Binet-Simon. Hasil tes intelegensi dinyatakan dalam bentuk
nilai IQ, dan hal ini banyak gunanya karena tingkat intelegensi berpengaruh terhadap
banyak aspek. Ciri-ciri pokok dalam perkembangan intelek remaja dapat
disebutkan sebagai berpikir deduktif-hipotesis dan berfikir kombinatoris.
3.
Perkembangan sosial adalah
perkembangannya tingkat hubungan antarmanusia sehubungan dengan meningkatnya
kebutuhan hidup manusia. Hubungan sosial berkaitan dengan proses penyesuaian
diri berpengaruh terhadap tingkah laku.
4.
Bahasa memegang peran
penting dalam kehidupan bermasyarakat. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh
banyak faktor, antara lain adalah usia anak, kondisi keluarga dan kondisi fisik
anak terutama dari segi kesehatannya. Kemampuan berbahasa dan kemampuan
berpikir saling berpengaruh satu sama lain. Bahwa kemampuan berpikir
berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya kemampuan berbahasa
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir.
Saran
Individu yang sedang mengalami proses perkembangan fisik dan psikomotorik
harus mampu menyeimbangkan perkembangan fisik dan psikomotoriknya tersebut
dengan mengoptimalkan potensi yang dia miliki, misalnya dengan aktif mengikuti
kegiatan intrakulikuler maupun kegiatan ekstrakulikuler baik formal maupun
informal. Selain itu, untuk mengetahui tingkat perkembangan intelek seseorang
harus dilakukan berdasarkan tahap-tahapnya, sesuai dengan perkembangan umur
mereka. Untuk itu, agar perkembangan intelek berkembang dengan baik maka harus
diperhatikan faktor-faktor tersebut. Selain intelektual yang baik, kita juga
harus mempunyai hubungan sosial yang baik pula karena pada hakekatnya manusia
diciptakan untuk saling membutuhkan satu sama lain.
Kita harus menggunakan dan mengembangkan bahasa secara benar. Dengan berkembangnya
bahasa, secara tidak sadar kita telah melangkah kedewasaan yang sudah merupakan
kodrat kita sebagai manusia. Hanya saja, agar pertumbuhan itu mencapai hasil
yang maksimal harus mempertahankan faktor-faktor pendukungnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar