BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam kehidupan manusia, pendidikan
memiliki peranan penting dalam membentuk generasi mendatang. Dengan pendidikan
diharapkan dapat menghasilkan manusia berkualitas, bertanggung jawab dan mampu
meng-antisipasi masa depan. Pendidikan dalam maknanya yang luas senantiasa
menstimulir, menyertai perubahan-perubahan dan perkembangan umat manusia.
Selain itu, upaya pendidikan senantiasa menghantar, membimbing perubahan dan
perkembangan hidup serta kehidupan umat manusia.
Peranan pendidikan sebagaimana disebutkan di atas
tidak terlepas dari kedudukan manusia, baik sebagai abdullāh maupun sebagai
khalifatullāh. Sebagai ‘abdullāh, maka manusia harus mengabdikan dirinya kepada
Allah swt dengan penuh tanggungjawab, dan sebagai khalīfatullāh maka manusia
harus mengelolah alam ini, juga dengan penuh tanggungjawab. Oleh karena itu,
pendidikan bukan hanya sekedar tindakan lahiriyah, tetapi ia juga merupakan
tinadakan batiniyah, sebab di dalam proses pendidikan ada tanggungjawab yang
harus diembang. Dengan melaksanakan tanggungjawab tersebut dengan baik, praktis
bahwa arah dan tujuan pendidikan akan mudah tercapai.
Dalam pandangan Islam, tanggung
jawab pendidikan tersebut di-bebankan kepada setiap individu. Dalam QS.
al-Tahrim (66) 6 Allah swt ber-firman (wahai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka). Dalam implementasinya,
orangtualah sebagai penanggungjawab pendidikan di lingkungan keluarga
atau di rumahtangga; guru-guru dan pengelolah sekolah termasuk pemerintah
sebagai penanggungjawab pendidikan di lingkungan sekolah; tokoh masyarakat dan
selainnya sebagai penanggungjawab pendidikan di lingkungan masyarakat. Ketiga
pihak ini, masing-masing memiliki tanggung jawab pendidikan secara tersendiri
dalam lingkungannya masing-masing, namun tidaklah berarti bahwa mereka hanya
bertanggung jawab penuh di lingkungannya, tetapi juga memiliki tanggung jawab
yang signifikan dalam lingkungan pendidikan lainnya.
Pendidikan dalam lingkungan rumah
tangga, disebut dengan jalur pendidikan informal. Lingkungan rumah tangga atau
lingkungan keluarga, memberikan peranan yang sangat berarti dalam proses
pembentukan kepribadian muslim sejak dini. Sebab di lingkungan inilah seseorang
menerima sejumlah nilai dan norma yang ditanamkan sejak masa kecilnya. Allah
swt berfirman dalam QS. Āli Imrān (3): 102, artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati
kecuali dalam keadaan beragama Islam.”
Lingkungan keluarga mempunyai
peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan pendidikan, karena
perkembangan seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya.
Lingkungan dapat memberikan pengaruh yang positif dan pengaruh yang negatif
terhadap pertumbuhan dan perkembangan sikap, akhlak dan perasaan agama. Dapat
dipahami bahwa penerapan pendidikan Islam secara baik pada lingkungan keluarga,
memiliki peran penting dalam pembentukan kepribadian muslim.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa saja
fungsi pendidikan di tinjau dari aspek keluarga ?
2. Faktor apa
saja yang bisa mempengaruhi pendidikan islam dalam keluarga dan sekolah ?
1.3 Tujuan
1. Untuk
memahami pendidikan islam dalam keluarga dan sekolah.
2. Agar bisa di
implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
1.4 Manfaat
Untuk mengetahui seberapa
pentingnya peran pendidikan islam dalam keluarga dan sekolah, karena pendidikan
islam di mulai dari lingkungan keluarga dan sekolah. Agar manusia dapat
mengerti dan memiliki keyakinan masing-masing yang akan di anutnya selama hidup
di dunia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Peran dan Fungsi Pendidikan dalam Keluarga
Lingkungan
keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama, karena dari
keluarga anak pertama-tama mendapat didikan dan bimbingan dan sebagian besar
kehidupan anak adalah di dalam keluarga.
Tugas
utama dari keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi
pendidikan akhlak dan pandangan hidup. Sifat dan tabiat anak sebagian besar
diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain.
Lembaga pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama yang
merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak. suasana pendidikan keluarga
ini sangat penting di perhatikan sebab dari sinilah keseimbangan jiwa dalam
perkembangan individu.
Kehadiaran anak di dunia ini di sebabkan hubungan kedua orang tua, maka mereka yang harus bertanggung jawab terhadap anak. kewajiban orang tua tidak hanya sekedar memelihara eksistensinya untuk menjadikan kelak sebagai seorang pribadi tetapi juga memberikan pendidikan anak sebagai individu yang tumbuh dan berkembang.
Kehadiaran anak di dunia ini di sebabkan hubungan kedua orang tua, maka mereka yang harus bertanggung jawab terhadap anak. kewajiban orang tua tidak hanya sekedar memelihara eksistensinya untuk menjadikan kelak sebagai seorang pribadi tetapi juga memberikan pendidikan anak sebagai individu yang tumbuh dan berkembang.
Seorang anak
di lahirkan dalam keadaan tidak berdaya dan dalam keadaan
ketergantungan dengan orang lain tidak mampu berbuat apa-apa bahkan tidak mampu
menolong dirinya sediri ia dilahirkan dalam keadaan suci bagaikan kertas putih
yang kosong sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang Artinya
: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci maka orang
tuanyalah yang dapat menjadikannya yahudi, nasroni atau majusi” (Hr.
Al-Bukhori).
Kegagalna pendidikan di rumah tangga akan
berdampak cukup besar pada proses pendidikan anak selanjutnya Allah berfirman :
لَا شِدَادٌ غِلَاظٌ مَلَائِكَةٌ عَلَيْهَا وَالْحِجَارَةُ النَّاسُ وَقُودُهَ انَارًا هْلِيكُمْ وَأَ أَنْفُسَكُمْ اقُو اآمَنُو الَّذِينَ أَيُّهَا يَا
نوؤْمَرُ يُؤْ مَا
وَيَفْعَلُونَ هُمْ مَرَأَ مَا اللَّهَ يَعْصُونَ
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai (perintah) Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (Q.S. At-Tahrim : 6).
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai (perintah) Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (Q.S. At-Tahrim : 6).
Dengan demikian pendidikan keluarga memiliki peranan yang
sangat penting terhadap pendidikan anak, antara lain:
a.
Pengalaman Pertama Masa Kanak-kanak
Lembaga
pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama yang merupakan faktor penting
dalam perkembangan pribadi anak, sebab dari sinilah keseimbangan jiwa di dalam
perkembangan individu selanjutnya ditentukan.
b. Menjamin
Kehidupan Emosional Anak
Kehidupan
emosional merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam membentuk pribadi seseorang,
karena adanya kelainan-kelainan dalam perkembangan pendidikan individu oleh
kurang berkembangnya kehidupan emosional secara wajar.
c. Menanamkan
Dasar Pendidikan Moral
Dalam
sebuah keluarga perilaku orang tua menjadi teladan oleh seorang anak dan anak
suka meniru perbuatan orang tuanya. “Rasa cinta, rasa bersatu dan lain-lain
perasaan dan keadaan jiwa yang pada umumnya sangat berfaedah untuk
berlangsungnya pendidikan, teristimewa pendidikan budi pekerti, terdapatlah di
dalam hidup keluarga dalam sifat yang kuat dan murni, sehingga tak dapat
pusat-pusat pendidikan lainnya menyamainya”
d. Memberikan
Dasar Pendidikan Sosial
Yaitu
dengan menumbuhkan benih-benih kesadaran sosial lewat tolong-menolong dalam
kehidupan keluarga, gotong royong, menjaga ketertiban, kedamaian dan lain-lain.
e. Peletakan
Dasar-dasar Keagamaan
Mengenalkan
ilmu-ilmu agama, mengajari mengaji al-quran dan lain-lain. Hal ini sangat
memupuk keagamaan anak.
Dasar-dasar tanggung jawab orang tua terhadap
pendidikan anaknya antara lain sebagai berikut :
a.
Adanya motivasi
atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan anak.
b.
Pemberian
motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap
keturunannya. Adanya tanggung jawab moral ini meliputi nilai-nilai agama atau
nilai-nilai spiritual. Menurut para ahli bahwa penanaman sikap beragama baik
pada masa anak-anak sekitar 3 sampai 6 tahun.
c.
Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga
yang pada gilirannya akan menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa dan negara. Terjalinnya hubungan antara orang tua dengan anak
adalah pertolongan kepada anak dalam membimbing mereka agar perkembangannya
menjadi sempurna sebagaimana yang diharapkan.
d.
Memelihara dan
membesarkan anak.
Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami
untuk dilaksanakan karena anak memerlukan makan, minum dan perawatan, agar ia
dapat secara berkelanjutan atau di samping itu ia bertanggung jawab dalam hal
melindungi dan menjamin kesehatan anaknya baik secara jasmaniyah maupun
rohaniyah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat
membahayakan diri anak tersebut.
e.
Memberikan
pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterempilan yang berguna bagi
kehidupan anak kelak sehingga bila dewasa akan mampu mendiri.
Ø
Pentingnya
Pendidikan Agama di Lingkungan keluarga
“Sejak kecil
anak-anak seharusnya telah menerima didikan agama. Sejak anak dalam kandungan,
setelah lahir hingga dewasa, masih perlu kita bimbing”. (Umar Hasyim). Menurut
hasil penelitian ilmu pengetahuan modern mengatakan bahwa yang dominan
membentuk jiwa manusia adalah lingkungan, dan lingkungan pertama yang dialami
oleh sang anak adalah asuhan Ibu dan ayah. Disinilah pula pentingnya mengapa
mendidik anak dimulai sejak dini, karena perkembangan jiwa anak telah mulai
sejak kecil, sesuai dengan fitrahnya. Dengan demikian maka fitrah manusia itu
kita salurkan, kita bimbing dan kita juruskan kepada jalan yang seharusnya
sesuai dengan arahnya. Serta pendapat Drs. Noor Syam, berikut ini :
“Kelahiran dan kehadiran seorang anak dalam keluarga secara ilmiah memberikan adanya tanggung jawab dari pihak orang tua. Tanggung jawab ini didasarkan atas motivasi cinta kasih, yang pada hakekatnya juga dijiwai oleh tanggung jawab moral. Secara sadar orang tua mengemban kewajiban untuk memelihara dan membina anaknya sampai ia mampu berdikari sendiri (dewasa) baik secara fisik, sosial, ekonomi maupun moral. Sedikitnya orang tua meletakan dasar-dasar untuk mandiri itu”. Selanjutnya ia mengatakan bahwa: “Dorongan / motivasi kewajiban moral, sebagai konsekwensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya. Tanggung jawab moral ini meliputi nilai-nilai religius spiritual yang dijiwai Ketuhanan Yang Maha Esa dan agama masing-masing, di samping didorong oleh kesadaran memelihara martabat dan kehormatan keluarga”.
“Kelahiran dan kehadiran seorang anak dalam keluarga secara ilmiah memberikan adanya tanggung jawab dari pihak orang tua. Tanggung jawab ini didasarkan atas motivasi cinta kasih, yang pada hakekatnya juga dijiwai oleh tanggung jawab moral. Secara sadar orang tua mengemban kewajiban untuk memelihara dan membina anaknya sampai ia mampu berdikari sendiri (dewasa) baik secara fisik, sosial, ekonomi maupun moral. Sedikitnya orang tua meletakan dasar-dasar untuk mandiri itu”. Selanjutnya ia mengatakan bahwa: “Dorongan / motivasi kewajiban moral, sebagai konsekwensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya. Tanggung jawab moral ini meliputi nilai-nilai religius spiritual yang dijiwai Ketuhanan Yang Maha Esa dan agama masing-masing, di samping didorong oleh kesadaran memelihara martabat dan kehormatan keluarga”.
Dalam kutipan
yang pertama di atas dikemukakan bahwa lingkungan keluarga itu amat dominan
dalam memberikan pengaruh-pengaruh keagamaan terhadap anak-anak, sehingga dapat
dikatakan bahwa lingkungan keluarga dalam kaitannya dengan pendidikan agama
sangat menentukan baik keberhasilannya. Sehingga amat disayangkan kalau
kesempatan yang baik dari lingkungan pertama yaitu keluarga itu disia-siakan
atau dilalui anak tanpa pendidikan agama dari pihak ibu dan bapak serta
orang-orang yang bertanggung jawab di sekitarnya.
Dalam kutipan selanjutnya, yaitu dari Drs. Noor Syam di sana ditekankan bahwa pentingnya pendidikan orang tua terhadap anak di lingkungan keluarga itu karena didorong oleh beberapa kewajiban, kewajiban moral, kewajiban sosial dan oleh dorongan cinta kasih dari seseorang terhadap keturunannya. Dalam hubungannya dengan kelanjutan pendidikan atau kehidupan anak di masa mendatang, maka pendidikan di lingkungan keluarga, termasuk di dalamnya pendidikan agama, hal itu merupakan sebagai tindakan pemberian bekal-bekal kemampuan dari orang tua terhadap anak-anaknya, dalam menghadapi masa-masa yang akan dilaluinya. Dalam hubungannya dengan pendidikan di sekolah maka sebagai persiapan untuk mengikuti pendidikan atau sebagai pelengkap dari pendidikan yang berlangsung di bangku sekolah. Dalam hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat, maka sebagai upaya untuk mempersiapkan diri agar anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dalam kutipan selanjutnya, yaitu dari Drs. Noor Syam di sana ditekankan bahwa pentingnya pendidikan orang tua terhadap anak di lingkungan keluarga itu karena didorong oleh beberapa kewajiban, kewajiban moral, kewajiban sosial dan oleh dorongan cinta kasih dari seseorang terhadap keturunannya. Dalam hubungannya dengan kelanjutan pendidikan atau kehidupan anak di masa mendatang, maka pendidikan di lingkungan keluarga, termasuk di dalamnya pendidikan agama, hal itu merupakan sebagai tindakan pemberian bekal-bekal kemampuan dari orang tua terhadap anak-anaknya, dalam menghadapi masa-masa yang akan dilaluinya. Dalam hubungannya dengan pendidikan di sekolah maka sebagai persiapan untuk mengikuti pendidikan atau sebagai pelengkap dari pendidikan yang berlangsung di bangku sekolah. Dalam hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat, maka sebagai upaya untuk mempersiapkan diri agar anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Ø
Dasar
Pelaksanaan Pendidikan Agama di Lingkungan Keluarga
Secara sepintas pembahasan tentang dasar pelaksanaan pendidikan agama di lingkungan keluarga ini telah disebutkan di atas, yaitu atas dasar cinta kasih seseorang terhadap darah dagingnya (anak), atas dasar dorongan sosial dan atas dasar dorongan moral.
Akan tetapi dorongan yang lebih mendasar lagi tentang pendidikan agama di lingkungan keluarga ini bagi umat Islam khususnya adalah karena dorongan syara’ (ajaran Islam), yang mewajibkan bagi orang tua untuk mendidik anak-anak mereka, lebih-lebih pendidikan agama. Sebagaimana firman Allah dalam surat At Tahrim : 6 sebagai berikut :
يَأيُّهَاالّذِيْنَ أمَنُوْا قُوْاأَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًاوَّقُودُهَاالنَّاسُ وَاْلحِجَارَةُ عَلَيْهَامَلئِكَةٌ غِلاَ
ذٌاشِدَادٌلاَّ يَعْصُوْنَ اللهَ مَآأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْن مَايُؤْمَرُنَ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya Malaikat-Malaikat yang keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkannya kepada mereka dan selalu mengerjakanapa yang diperintahkannya”.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya Malaikat-Malaikat yang keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkannya kepada mereka dan selalu mengerjakanapa yang diperintahkannya”.
Juga surat An-Nisa, ayat 9
berikut ini:
وَيَخْسَ الَّذِيْنَ لَوْتَرَكُوْامِنْ خَلْفِهِمْ دُرِّيَّةً ضِعَافًاخَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوْاللهَ وَاْليَقُوْلُوْاقَوْلاً شَدِيْدًا
Artinya: “Dan hendaklah mereka
takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya meninggalkan mereka keturunan
yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.”
Dan hadits Rasulullah saw,
sebagai berikut:
مَامِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلى اْلفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ
يُهَوِّدَانِهِ أَوْيُنَصِّرَانِهِ أَوْيُمَجِسَّانِهِ.
Artinya: “Dari Abu Huraerah
radhiallahu anha, sesungguhnya Rasulullah saw, bersabda: “Tiada seorang anak
pun dilahirkan, melainkan dilahirkan dalam atas dasar fitrah, maka kedua orang
tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (Hadits Riwayat
Bukhory).
Dari ayat-ayat
di atas, yang diikuti oleh sabda Rasulullah saw, memberikan isyarat bahwa ibu
dan bapak mempunyai kewajiban untuk mendidik anak-anak mereka baik dalam
kaitannya dengan proses belajar-mengajar yang sedang dialaminya di lingkungan
sekolah maupun dalam upaya memberikan kesiapan untuk menghadapi pendidikan di
sekolah atau sebagai upaya sosialisasi terhadap anak-anak, sehingga masyarakat
yang berguna dan mampu menyesuaikan diri.
Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, yang dapat mendorong orang tua agar mendidik anak-anak di lingkungan keluarga, ada lagi satu hal yang perlu diperhatikan yaitu; mengingat kondisi anak itu sendiri, baik secara fisik maupun mental ia mutlak memberikan bimbingan dan pengembangan ke arah yang positif. Kalau tidak maka dikhawatirkan fitrah yang tersimpan, yang merupakan benih-benih bawaan itu akan terlantar atau akan menyimpang. Perlu diingat bahwa pada diri anak itu terdapat kecenderungan-kecenderungan ke arah yang baik, akan tetapi dilengkapi dengan kecenderungan ke arah yang jahat. Maka tugas pendidik dalam hubungan ini adalah menghidup-suburkan kecenderungan ke arah yang baik. Dan menjinakan kecenderungan ke arah yang jahat.
Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, yang dapat mendorong orang tua agar mendidik anak-anak di lingkungan keluarga, ada lagi satu hal yang perlu diperhatikan yaitu; mengingat kondisi anak itu sendiri, baik secara fisik maupun mental ia mutlak memberikan bimbingan dan pengembangan ke arah yang positif. Kalau tidak maka dikhawatirkan fitrah yang tersimpan, yang merupakan benih-benih bawaan itu akan terlantar atau akan menyimpang. Perlu diingat bahwa pada diri anak itu terdapat kecenderungan-kecenderungan ke arah yang baik, akan tetapi dilengkapi dengan kecenderungan ke arah yang jahat. Maka tugas pendidik dalam hubungan ini adalah menghidup-suburkan kecenderungan ke arah yang baik. Dan menjinakan kecenderungan ke arah yang jahat.
Drs. H. M.
Arifin, E. Ed. Mengatakan bahwa: “Suatu pengaruh pendidikan yang paling
pundamental dan fungsional dalam pribadi, bilamana pengaruh tersebut ditanamkan
dalam pribadi anak yang masih berada pada awal perkembangannya. Pengaruh
tersebut akan menjadi benih utama yang dapat berpengaruh dalam perkembangannya
lebih lanjut. Oleh karena itu benih-benih potensial yang mampu mendorong anak
untuk mengembangkan pribadinya dalam alternatif pemilihan lapangan hidup
manusia di masa dewasanya sesuai bakat dan kemampuan.”
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa dasar pelaksanaan pendidikan agama di lingkungan
keluarga adalah karena didorong oleh beberapa hal yaitu:
1)
Karena dorongan cinta kasih
terhadap keturunan.
2)
Karena dorongan atau tanggung
jawab sosial.
3)
Karena dorongan moral.
4)
Karena dorongan kewajiban agamis
dan dorongan agama inilah yang
membuat
kedudukan orang tua lebih besar tanggung jawabnya dalam
pendidikan
karena dorongan kewajiban orang ini langsung diperintahkan
Allah.
B.
Peran dan Fungsi Pendidikan dalam Sekolah
Pendidikan secara kulturan pada
umumnya berada dalam lingkup peran, fungsi dan tujuan yang tidak berbeda.
Semuanya hidup dalam upaya yang bernaksud mengankat dan menegakkan martabat
manusia melalui transmisi yang dimilikinya, terutama dalam bentuk transfer of
knowledge dan transfer of values.
Dalam konteks ini secara jelas juga
menjadi sasaran jangkauan pendidikan islam, merupakan bagian dari system
pendidikan nasional, sekalipun dalam kehidupan bangsa Indonesia tampak sekali
eksistensinya secara cultural. Tapi secara kuat ia telah berusaha untuk
mengambil peran yang kompetitif dalam setting sosiologis bangsa, walaupun tetap
saja tidak mampu menyamai pendidikan umumn yang ada dengan otonomi dan dukungan
yang lebih luas, dalam mewujudkan tujuan pendidikan secara nyata.
Sebagai pendidikan yang berlebel
agama, maka pendidikan islam memiliki transmisispritual yang lebih nyata dalam
proses pengajarannya disbanding dengan pendidikan umum, sekalipun lembaga ini
juga memiliki muatan serupa. Kejelasannya terletak pada keinginan pendidikan
islam untuk mengembangkan keseluruhan aspek dalam diri anak didik secara
berimbang, baik aspek intelektual, imajinasi dan keilmiahan, kulturan serta
kepribadian. Karena itulah pendidikan islam memiliki beban yang multi paradigm,
sebab berusaha memadukan unsure profane dan imanen, dimana dengan pemaduan ini,
akan membuka kemungkinan terwujudnya tujuan inti pendidikan islam yaitu
melahirkan manusia-manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan, yang satu sama
lainnya saling menunjang.
Antara ilmu pengetahuan dan
pendidikan islam tidak dapat dipisahkan, karena perkembangan masyarakat islam,
serta tuntutannyadalam membangun manusia seutuhnya (jasmani dan rohani) sangat
ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ilmu pengetahuan yang dicerna melalui
proses pendidikan. Proses pendidikan tidak hanya menggali dan mengembangkan
sains, tetapi juga, lebih penting lagi yaitu dapat menemukan konsepsi baru ilmu
pengetahuan yang utuh, sehingga dapat membangun masyarakat islam sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan yang diperlukan.
Secara sederhana
sekolah merupakan lembaga pendidikan, tempat peserta didik melakukan interaksi
proses belajar mengajar (menurut tingkatan atau jurusan tertentu), secara
formal batasan ini memberikan suatu lembaga pelaksa internalisasi nilai-nilai
dari suatu kebudayaan kepada peserta didik secara terarah dan memiliki tujuan
dalam perspektif pendidikan islam. Setidaknya ada dua sendi asasi bagi proses
tersebut.
1)
Tujuan yang jelas sebagai bentuk
pengabdian kepada Allah SWT.
2)
Memiliki kurikulum yang
sistematism, dan memuat materi bagi terjadinya proses berfikir dan bertingkah
laku yang sesuai dengan nilai-nilai ilahiyah kepada peserta didik.
Meskipun sekolah
merupakan sarana transformasi kebudayaan suatu mesyarakat, namun eksistensi kebudayaan
secara umum, eksistensinya hanya merupakan subculture dari totalitas kebudayaan
manusia, kondisi ini menjadikan sekolah sebagai lembaga yang paling besar
peranannya dalam proses dinamika budaya manusia. Hal ini desebabkan oleh tiga
faktor :
a)
Sekolah merupakan tempat
berkumpulnya peserta didik yang berasal dari latar belakang kebudayaan yang
berbeda. dalam hal ini sekolah berfungsi untuk mengakumulasi berbagai bentuk
latar belakang kebudayaab berbagai kebudayaan peserta didik dalam suatu bentuk
sistem kebudayaan.
b)
Eksistensi sekolah merupakan
miniatur untuk melihat sejauh mana maju mundurnya suatu negara.
c)
Sekolah merupakan tempat dimana
peserta didik menerima berbagai macam bentuk keterampilan yang secara pragmatis
dapat di pergunakan dalam kehidupan nya.
Dalam konteks ini, ada delapan
fungsi sekolah :
1)
Yaitu untuk mempersiapak anak
untuk suatu pekerjaan
2)
Memberikan keterampilan dasar
3)
Membuka kesempatan, memperoleh
nasib
4)
Menyediakan tenaga pembangunan
5)
Membantu memecahkan masalah
sosial
6)
Mentransfer kebudayaan
7)
Membentuk manusia sosial
8)
Alat mentransfer kebudayaan.
Ø Pentingnya
Pendidikan Agama Islam Bagi Peserta Didik
Seseorang bayi yang baru lahir adalah makhluk Allah swt yang tidak
berdaya dan senantiasa memerlukan pertolongan untuk dapat melangsungkan hidupnya
di dunia ini.
Maha bijaksana Allah swt yang telah
menganugrahkan rasa kasih sayang kepada semua ibu dan bapak untuk memelihara
anaknya dengan baik tampa mengharapkan imbalan.
Manusia lahir tidak mengetahui
sesuatu apapun, tetapi dia anugrahi oleh Allah swt pancaindra, pikiran, dan
rasa sebagai modal untuk menerima ilmu pengetahuan, memiliki keterampilandan
mendapatkan sikap tertentu melalui proses kematangan dan belajar terlebih
dahulu. Mengenai pentingnyabelajar menurut A. R. Shaleh dan Soependi
Soeryadinata: anak manusia tumbuh dan berkembang, baik pikiran, rasa, kemauan,
sikap dan tingkah lakunya. Dengan demikian sangat pital adanya faktor belajar.
Jadi pendidikan agama islam adalah
ikhtiar manusia dengan jalan bimbingan dan pimpinan untuk membantu dan
mengarahkan fitrah agama si anak didik menuju terbentuknya kepribadian utama
sesuai dengan ajaran agama.
Oleh karena itu masalah akhlak atau
budi pekerti merupakan salah satupokok ajaran islam yang harus diutamakan dalam
pendidikan agama islam untuk ditanamkan atau diajarkan kepada anak didik.
Dengan melihat arti pendidikan islam
dan ruang lingkupnya itu, jelaslah bahwa dengan pendidikan islam kita berusaha
untuk membentuk manusia yang berkepribadian kuat dan baik (berakhlakul karimah)
berdasarkan pada ajaran agama islam.
Oleh karena itu, pendidikan islam
sangat penting sebab dengan pendidikan islam, orang tua atau guru berusaha
secara sadar memimpin dan mendidik anak diarahkan kepada perkembangan jasmani
dan rohani sehingga mampu membentuk kepribadian yang utama yang sesuai dengan
ajaran agama islam.
Pendidikan agama islam hendaknya
ditanamkan sejak kecil, sebab pendidikan pada masa kanak-kanak merupakan dasar
yang menentukan untuk pendidikan selanjutnya. Sebagaimana menurut pendapat
Zakiyah Drajat bahwa: “pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan,
pengalaman dan latihan yang dilaluinya sejak sejak kecil”.
Oleh karena itu dalam mewujudkan
Tujuan Pendidikan nasional, pendidikan agama islam di sekolah memegang peranan
yang sangat penting. Oleh karena itu pendidikan agama islam di Indonesia
dimaksudkan ke dalam kurikulum nasional yang wajib diikuti oleh semua anak
didik mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi. Pendidikan nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berahlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1) Pendidikan
tidak hanya dapat di tempuh di sekolah-sekolah umum atau yang lainnya, namun,
pendidikan juga bisa di tempuh di luar sekolah, seperti keluarga, lingkungan
atau masyarakat dan lain sebagainya. Karena disitu terdapat peserta didik dan
pendidikan yang berupa orang tua dan anak dalam keluarga. dan dari sanalah
mereka itu terdidik dan mendidik, hingga mereka itu terproduk menjadi insan
kamil di dunia dan akhirat. Dimana mereka mendapatkan suatu hal yang baru,
disitulah pendidikan itu berada.
2) Pendidikan
di lingkungan keluarga itu penting sekali artinya dengan berorientasi kepada
firman Allah SWT dalam surat Al Luqman ayat 12 s/d 19, sebab pendidikan di
lingkungan keluarga itu adalah pendidikan pertama dan yang utama, bisa memberi
warna dan corak kepribadian anak. Seandainya orang tua tidak menyempatkan diri
untuk mendidik anak-anaknya di keluarga sehingga terabai begitu saja karena
kesibukan orang tua, maka hal ini akan membawa pengaruh yang tidak baik
terhadap perkembangan dan pendidikan anak.
B.
Saran
Bagi
penanggung jawab pendidikan dan dalam hal ini adalah pemerintah, hendaknya
mulai mereformulasi sistem pendidikan Islam dengan mengimplementasikan strategi
pendidikan Islam dengan mengedepankan pertimbangan yang terbaik bagi negara
tersebut agar kualitas peserta didik lebih baik.
Bagi
para akademisi, pemerhati pendidikan dan stake holder lainnya, agar ikut andil
dan saling bekerja sama dalam meningkatkan kualitas melalui pendidikan Islam
yang dimanifestasikan, misalnya melalui rencana pendidikan, baik berjangka
panjang ataupun pendek, tujuan pendidikan, komponen kurikulum, pelatihan tenaga
kependidikan, maupun anggaran pendidikan, sehingga spirit untuk selalu
memajukan dan mengembangkan pendidikan Islam tak akan pernah padam.
Bagi
setiap individu muslim, hendaknya mampu meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek) dengan iman dan taqwa (imtaq), terutama dengan metode
tazkiyah al-nafs sehingga menjadi pribadi muslim yang tangguh (insan shaleh).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar