Chibi Captain America

Jumat, 13 Juni 2014

PRINSIP DASAR UMUM PERILAKU



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Dalam perilaku kehidupan manusia selalu terdapat dua sisi yang berlawanan, yaitu perilaku baik dan perilaku buruk. Seseorang dikatakan melakukan perbuatan baik, apabila tindakan yang dilakukan sesuai dengan tata nilai yang dianut oleh kelompok masyarakat dimana ia berada. Demikian sebaliknya, seseorang dikatakan melakukan perbuatan buruk apabila tindakannya tidak sesuai dengan nilai dan pandangan masyarakat yang bersangkutan. Pandangan tentang nilai yang terdapat dalam masyarakat beraneka ragam dan tata nilai tersebut menjadi norma atau patokan berperilaku bagi setiap individu atau kelompok. Patokan perilaku bagi setiap individu dalam masyarakat adalah berupa norma kesopanan, norma hukum, norma susila, dan norma agama.
. Di dalam masyarakat selalu terdapat budaya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari manusia. Perspektif budaya melahirkan nilai yang berdasarkan tradisi, dan kebiasaan tradisi terbangun berdasarkan pola-pola hubungan antara individu.
Manusia berperilaku atau beraktifitas karena adanya kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan / goal. Dengan adanya kebutuhan akan muncul motivasi atau
penggerak. Sehingga individu itu akan beraktifitas untuk mencapai tujuan & mengalami kepuasan.
Perilaku itu sendiri adalah suatu kegiatan dan aktifitas organisme yang bersangkutan, baik aktifitas yang dapat diamati atau yang tidak dapat diamati oleh orang lain.
Beberapa ilmuwan berpendapat mengenai definisi perilaku, diantaranya yang dikemukakan  Menurut Skinner, perilaku adalah respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus. Teori Skinner disebut teori S-O-R (stimulus-organisme-respos).
Ada 2 jenis respons menurut teori S-O-R, yaitu Respondent respon : respon yang ditimbulkan oleh stimulus tertentu & menimbulkan respons yang relatif tetap. Operant respon : respons yang timbul & berkembang kemudian diikuti oleh stimuli yang lain.
Berdasarkan teori S-O-R, perilaku manusia dibagi 2 kelompok yaitu,Perilaku tertutup, yaitu perilaku yang tidak dapat diamati oleh orang lain. Contoh : perasaan, persepsi, perhatian.Perilaku terbuka, yaitu perilaku yang dapat diamati oleh orang lain berupa tindakan atau praktek.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1.      Apa itu perilaku ?
2.      Pengertian perilaku menurut para ahli ?
3.      Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
4.      Apa saja tingkatan doamain dalam perilaku ?
5.      Apa itu ID, Ego dan super ego ?

1.3 TUJUAN

1.      Untuk mengetahui pengaruh perilaku manusia baik secara individu, kelompok atau organisasi secara umum.
2.      Dengan mengetahui seperti apa perilaku seseorang, maka akan lebih mudah untuk mengenali karakter dalam diri seseorang.
3.      Pemahaman terhadap perilaku seseorang dapat mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya kearah tingkat perkembangan yang optimal.
4.      Untuk lebih memahami perilaku manusia sebagai upaya menyesuaikan diri dan berhubungan dengan orang lain, sehingga memudahkan memahami mengapa mereka berpikir,berperasaan dan berbuat menurut cara mereka sendiri.
5.      Agar mampu memkasimalkan potensi diri sendiri maupun orang lain dengan cara yang tepat.

1.4 MANFAAT
Dengan mengenali lebih jauh tentang perilaku seseorang, kita bisa mengenal perilaku / karakter dari manusia itu sendiri, mulai dari kegiatan / aktivitas manusia baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati.
Dalam mempelajari perilaku sosial banyak hal yang bisa kita dapat antara lain kita bisa menjadi lebih bijaksana dalam menyikapai lingkungan sekitar dimanapun kita berada, kita juga dapat mengetahui perkembangan sosial dan tingkah laku lingkungan tempat kita berada.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. (Notoatmodjo, 2003). Definisi lain mengenai pengertian perilaku adalah bahwa Perilaku atau aktivitas manusia merupakan manifestasi kehidupan psikisnya. Perilaku pada manusia itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus atau rangsang yang mengenai individu. Perilaku atau aktivitas itu merupakan jawaban terhadap stimulus yang mengenainya.Untuk memahami lebih jauh tentang ini, maka dikemukakan beberapa hal berikut:
1. Formulasi Perilaku 
a.  Perilaku diformulasikan sebagai : R  = f (S,O ), dengan pengertian bahwa R adalah respon, f = fungsi, S = stimulus, dan O = organisme. Formulasi ini berarti bahwa respon merupakan fungsi atau  bergantung pada stimulus dan organisme.Selanjutnya dikemukakan oleh Woodworth dan Schlosberg, bahwa apa yang  ada dalam diri organisme adalah apa yang telah ada pada diri organisme itu atau apa yang pernah telah dipelajari oleh organisme yang bersangkutan, yang disebut anteseden atau disingkat  dengan A. Karena  itu,  maka formula tersebut di atas berubah menjadi R = f (S,A)
b. Perilaku diformulasikan sebagai :  B = f(E,O), dengan pengertian  bahwa B = behavior atau perilaku; f = fungsi; E = enviroment atau lingkungan; dan O = organisme. Formulasi   ini pada prinsipnya sama saja     dengan   yang di atas.
c. Perilaku diformulasikan sebagaiP = f (HET) dengan pengertian  P = personal atau individu; f = frekwensi; H = herediter/pembawaan; E = enviroment atau lingkungan dan T= time yaitu waktu/kematangan. Dengan demikian individu beraktivitas berdasarkan hasil frekwensi/perkalian antara herediter, lingkungan, dan kematangan usia.

d. Perilaku diformulasikan sebagaiR = f (s,p) dengan pengertian R = respon, yaitu jawaban perilaku; f = frekwensi/perkalian; s = situation atau situasi; dan p = personality, yaitu kepribadian. Artinya setiap perilaku merupakan suatu respon terhadap adanya stimulus berupa situasi yang berinteraksi dengan kepribadian seseorang. Maknanya, tidak semua orang berperilaku sama terhadap situasi yang sama, karena adanya perbedaan kepribadian yang berbeda.        
2.2 Klasifikasi Perilaku
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.



Adapun jenis perilaku yang lain di klasifikasikan dalam beberapa kelompok yaitu :
A.    Perilaku reflektif dan perilaku non reflektif. Perilaku reflektif merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontanterhadap stimulus yang mengenai organisme. Misal reaksi kedip mata bila terkena sinar, menarik jari bila terkena panas, dan sebagainya. Perilaku reflektif ini terjadi dengan sendirinya secara otomatis tanpa perintah atau kehendak orang yang bersangkutan, sehingga diluar kendali manusia. Lain halnya dengan perilaku non reflektif. Perilaku ini dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran atau otak. Proses perilaku ini disebut proses psikologis.
B.     Perilaku kognitif, efektif, dan psikomotorik. Perilaku kognitif atau perilaku yang melibatkan proses pengenalan yang dilakukan oleh otak, yang terterah kepada objektif, faktual, dan logis, seperti berpikir dan mengingat. Perilaku efektif adalah perilaku yang berkaitan dengan perasaan atau emosi manusia yang biasanya bersifat subyektif. Perilaku motorik yaitu perilaku yang melibatkan gerak fisik seperti menulis, memukul, lari dan lain sebagainya.

2.3  Pembentukan Perilaku
     Ada beberapa cara pembentukan perilaku, antara lain sebagai berikut.
a. Melalui kondisioning atau pembiasaan, yaitu dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan, yang akhirnya terbentuklah perilaku tersebut. Misalnya anak dibiasakan bangun pagi,  atau menggosok gigi sebelum tidur, mengucapkan terima kasih bila diberi sesuatu oleh orang lain,  membiasakan diri untuk tidak terlambat datang ke sekolah, dan sebagainya.. Cara ini didasarkan pada teori behaviorisme, terutama teori konditioning Pavlov, Thorndike, dan Skinner,
b.Melalui pengertian (insight), yaitu memberikan dasar pemahaman atas alasan tentang perilaku yang akan dibentuk, misalnya datang kuliah jangan terlambat, karena hal tersebut dapat mengganggu teman-teman yang lain. Bila naik sepeda motor pakai helm, karena helm tersebut untuk keamanan diri, Salah seorang tokoh  yang menganut teori ini adalah Kohler, yang juga merupakan tokoh psikologi Gestalt..  Dia menemukan dalam eksperimennya bahwa dalam belajar yang penting adalah pengertian atau insight.

c. Melalui penggunaan model, yaitu pembentukan perilaku melaui model atau contoh teladan.Orang mengatakan bahwa orang tua  sebagai contoh anak-anaknya, peminpin sebagai panutan yang dipimpinnya, hal tersebut menunjukkan pembentukan perilaku dengan menggunakan model. Cara ini disarakan atas teori belajar sosial (social  learning theory) atau observational learning theory yang dikemukakan oleh Bandura
2.4Domain Perilaku
Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor (psicomotor domain).
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
1) Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat, kondisi fisik.
2) Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.
3) Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran.

Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.
5) Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi / objek.



2. Sikap (attitude)                                             
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :
1) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
1) Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2) Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
3) Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga
4) Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :
1) Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

2) Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
3) Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5) Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
2.5 Asumsi Determinan Perilaku
Menurut Spranger membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang tersebut. Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya. Proses terbentuknya perilaku dapat diilustrasikan pada gambar berikut :
- Pengalaman                                            - Persepsi                                 - Motivasi
- Keyakinan                                              - Sikap                                     - Pengetahuan
- Fasilitas                                                  - Keinginan                             - Niat
-Sosio-budaya                                          -kehendak                                          
                                               
2.6 Perilau Manusia menurut Berbagai Aliran
a. Manusia menurut aliran psikoanalisis
Manusia menurut aliran yang dipelopori oleh Sigmund Freud ini adalah makhluk yang digerakkan oleh suatu keinginan yang terpendam dalam jiwanya (homo Volens). Aliran psikoanalis secara tegas memperhatikan struktur jiwa manusia, Fokus aliran ini adalah totalitas kepribadian manusia bukan pada bagian-bagiannya yang terpisah.
Menurut aliran ini, perilaku manusia dianggap sebagai hasil interaksi sub sistim dalam kepribadian manusia yaitu:
1. Id, yaitu bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia merupakan pusat insting yang bergerak berdasarkan prinsip kesenangan dan cenderung memenuhi kebutuhannya .Bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id adalah tabiat hewani yang terdiri dari dua bagian:
1). Libido - insting reproduktif penyediaan energi dasar untuk kegiatan – kegiatan kosntrukstif disebut juga sebagai insting kehidupan (eros)
2). thanatos – insting destruktif dan agresif
2. Ego, berfungsi menjembatani tuntutan Id dengan realitas di dunia luar. Ego Adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Egolah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebgai wujud rasional. Ia bergerak berdasarkan prinsip realitas
3. Super ego, yaitu unsur yang menjadi polisi kepribadian, mewakili sesuatu yang normatif atau ideal super ego disebut juga sebagai hati nurani,merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultur masyarakat. Super ego memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tidak berlainan dibawah alam sadar.

Dari hal tersebut di atas maka menurut psikoanalis perilaku manusia adalh merupakan interaksi antara komponen biologis / unsur hewani (id), komponen psikologis / unsur akal rasional (ego) dan komponen sosial / unsur moral (super ego ).
b. Manusia menurut aliran behaviorisme
Manusia menurut aliran ini adalah homo mechanicus atau perilakunya digerakkan oleh lingkungannya. Manusia berperilaku sebagai hasil belajar yaitu perubahan perilaku akibat pengaruh dari lingkungannya. Dari sini timbul “teori belajar” dan teori “tabula rasa”. Manusia dalam teori tersebut dianggap sebagai kertas putih atau meja lilin ketika lahir artinya manusia belum memiliki “warna mental”.
 Pada perkembangannya yang menyebabkan berubahnya dan bertambahnya warna mental tersebut adalah pengalaman. Secara singkat maka aliran ini menekankan bahwa perilaku manusia, kepribadian manusia, serta tempramen didasarkan pada pengalaman inderawi (sensory experience).
Konsep perilaku manusia di atas oleh salah tokoh aliran ini Ivan Pavlov disempurnakan dengan metode yang disebut pelaziman klasik . Pada metode ini perilaku manusia disebabkan adanya stimuli yang terkondisi atau bersifat netral dengan stimuli yang tak terkondisikan. Hipotesis tersebut menunjukkan bahwa organisme bisa diajar bertindak dengan pemberian sesuatu rangsangan. Untuk menggambarkan metode ini oleh Pavlov melakukan eksperimen dengan seekor anjing yang dikondisikan dengan stimulus tertentu. Pada akhirnya didapati dalam eksperimen tersebut bahwa apabila anjing melihat bekas makanan maka air liur hewan itu keluar sebagai “hasil belajar' mengaitkan bekas makanan yang dilihat dengan makanan yang akan diberikan kelak. Sebagai contoh illustrasi bahwa setiap kali anak membaca majalah dan orang tuanya mengambil majlah tersebut dengan paksa maka anak tersebut akan benci terhadap majalah.
Konsep tentang perilaku manusia ini kemudian disempurnakan oleh Skinner dengan metode yang disebut operant conditioning (pelaziman operan).
Metode ini menerangkan bahwa apabila organisme menghasilkan sesuatu respon karena mengoper atas stimulus yang diterima disekitarnya. MenurutSkinner, pelaziman operan terdiri daripada dua konsep utama yaitu :
a) Peneguhan (reinforcement ) yang terbagi dalam peneguhan positif dan peneguhan negatif.
· Peneguhan Positif (Positive Reinforcement)
Rangsangan yang bisa menambahkan pengulangan suatu tingkahlaku dan dilakukan berkali-kali disebut sebagai Peneguhan Positif.
Contoh: Pekerja yang mencapai prestasi tinggi dalam kerjanya diberikan bonus. Maka ia kan meningkatkan kinerjanya pada masa berikutnya
· Peneguhan Negatif (Negative Reinforcement)
Bila ada rangsangan yang menyakiti atau yang mewujudkan keadaan tidak mengenakan dan akan dihindari secara berkali-kali disebut sebagai peneguhan negatif. Organisme kemungkinan mengulang tingkahlaku yang dapat mengelak atau mengurangi keadaan yang negatif.
b) Denda (punishment)
Adalah Setiap rangsangan yang menyebabkan pengulangan suatu respon tingkahlaku yang dikurangi atau dihapuskan sama sekali . Contoh: Anak yang tidak membantu ibu tidak diberi peluang untuk bermain bola dengan teman-temannya sehingga ia akan menghapuskan perilaku yang dapat membuat dirinya tidak dapat bermain bola lagi.
Perilaku manusia menurut aliran ini semakin diperkuat dengan Social Learning Theori atau pembelajaran Sosial. Teori ini dikemukankan oleh Albert Bandura yang mengatakan salah satu sifat manusia ialah meniru (imitate) tingkahlaku atau tindak tanduk orang lain yang diterima masyarakat (socially accepted behaviour) dan juga tingkah laku yang tidak diterima masyarakat. Tingkahlaku yang diterima dan tidak diterima tersebut berbentuk :
a) berbeda antara satu budaya dengan satu budaya yang lain,
b) berbeda antara individu,
c) berbeda menurut situasi.
dengan demikian, pembelajaran sosial tidak hanya melibatkan mempelajari tingkahlaku yang diterima tetapi juga tingkahlaku tidak diterima.
Mengapa Manusia Meniru?
Orang meniru kerana apa yang dilakukan membawa kepuasan atau ganjaran, yaitu peneguhan. Bagaimana peneguhan terwujud terdiri atas 3 jenis :
a. Peneguhan Secara Langsung - Individu mendapat ganjaran seperti pujian kerana dia meniru sesuatu tingkahlaku yang diperhatikan. Misal anak yang meniru perilaku bapaknya karena dia dipuji dan mengulangi tingkahlaku tersebut.
b. Peneguhan Mandiri - Individu meniru bukan kerana ingin dipuji tetapi kerana ingin mencapai cita-citanya sendiri, misal seorang pelajar meniru cara Edwin Moses (atlit lari Amerika ; pemecah rekor dunia) dalam berlari, ia melakukan itu bukan untuk dipuji oleh pelatihnya tetapi untuk membuktikan kepada dirinya bahwa diapun bisa berlari sama persis dengan Edwin Moses dan ini memberi kepuasan kepadanya.
c. Peneguhan Vikarius - Individu mendapat kepuasan secara tak langsung dengan meniru orang lain. Individu yang memperhatikan orang lain mendapatkan kepuasan atau ganjaran karena meniru model, iapun berbuat demikian karena ingin mendapat peneguhan yang sama. misal. Seorang pelajar memperhatikan rekannya dipuji oleh gurunya karena menyelesaikan tugas dengan cepat maka mungkin pada waktu lain ia akan berbuat demikian kerana dia menyangka akan menerima pujian yang sama.


C. Manusia menurut aliran psikologi kognitif
Manusia dalam konsepsi psikologi kognitif adalah mahkluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimanya (homo sapiens). Artinya manusia adalah makhluk yang berpikir dan tidak pasif dalam merespon lingkungannya serta berusaha memahai lingkungannya. Lebih tegasnya bahwa manusia adalah organisme aktif yang menafsirkan dan bahkan mendistorsi lingkungannya.
Logika dari perilaku manusia menurut aliran ini adalah bahwa jiwa manusia menafsirkan pengalaman indrawi secara aktif melalui proses mencipta, mengorganisasikan, menafsirkan, mendistorsi dan mencari makna. Jadi manusialah yang menentukan makna stimuli dan bukan stimuli itu sendiri.
Beberapa teori perilaku menurut aliran ini adalah teori dari Kurt Lewin yang mengatakan bahwa perilaku manusia bukan sekedar respon dari stimulus melainkan produk dari berbagi gaya yang mempengaruhinya secara spontan. Gaya tersebut oleh Lewin dirumuskan dalam B = f ( P. E ). Behavior adalah hasil interaksi antara Persons ( diri orang) dengan Enviroment (lingkungan psikologisnya).
Teori lain dari aliran ini mengatakan bahwa manusia adalah pencari konsistensi kognitif (consistency seeker ). Manusia merupakan mahkluk yang mejaga keajegan dalam sistem kepercayaannya dan diantara sistem kepercayaan dengan perilaku. Asumsi ini melahirkan teori yang disebut denga disonansi kognitif artinya manusia akan akan mencari informasi yang mengurangi disonansi ( ketidakcocokan antara dua kognisi). Manusia bila bertemu dengan informasi yang disonan dengan keyakinannya maka ia akan menolak, meragukan sumbernya, menacri konsonan atau mengubahnya.



 D. Manusia menurut aliran psikologi humanistik
Manusia menurut konsepsi psikologi humanistik adalah mahkluk aktif alam merumuskan strategi transaksional sengan lingkungannya (homo ludens). Pada asumsi aliran ini manusia dipandang berada dalam dunia kehidupan ( berupa the I (aku), me (Ku), my self (diriku)) yang dipersepsi dan diinterprestasi secara subjektif. Perilaku manusia berpusat pada konsep dirinya berupa persepsi manusia tentang identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah. Selain itu perilaku manusia juga didasarkan pada kebutuhannya dalam fungsi untuk mempertahankan, meningkatkan serta mengaktualisasikan dirinya.


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Setiap individu dilahirkan sama oleh Allah swt dengan  perilaku yang berbeda-beda, adapun perilaku itu adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.Perilaku pada manusia itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus atau rangsang yang mengenai individu.Perilaku atau aktivitas itu merupakan jawaban terhadap stimulus yang mengenainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar