BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Dalam perilaku kehidupan manusia
selalu terdapat dua sisi yang berlawanan, yaitu perilaku baik dan perilaku
buruk. Seseorang dikatakan melakukan perbuatan baik, apabila tindakan yang
dilakukan sesuai dengan tata nilai yang dianut oleh kelompok masyarakat dimana
ia berada. Demikian sebaliknya, seseorang dikatakan melakukan perbuatan buruk
apabila tindakannya tidak sesuai dengan nilai dan pandangan masyarakat yang
bersangkutan. Pandangan tentang nilai yang terdapat dalam masyarakat beraneka
ragam dan tata nilai tersebut menjadi norma atau patokan berperilaku bagi
setiap individu atau kelompok. Patokan perilaku bagi setiap individu dalam
masyarakat adalah berupa norma kesopanan, norma hukum, norma susila, dan norma
agama.
. Di dalam masyarakat selalu
terdapat budaya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari manusia. Perspektif
budaya melahirkan nilai yang berdasarkan tradisi, dan kebiasaan tradisi
terbangun berdasarkan pola-pola hubungan antara individu.
Manusia berperilaku atau
beraktifitas karena adanya kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan / goal. Dengan
adanya kebutuhan akan muncul motivasi atau
penggerak. Sehingga individu itu akan beraktifitas
untuk mencapai tujuan & mengalami kepuasan.
Perilaku itu sendiri adalah suatu
kegiatan dan aktifitas organisme yang bersangkutan, baik aktifitas yang dapat
diamati atau yang tidak dapat diamati oleh orang lain.
Beberapa
ilmuwan berpendapat mengenai definisi perilaku, diantaranya yang
dikemukakan Menurut
Skinner, perilaku adalah respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus. Teori
Skinner disebut teori S-O-R (stimulus-organisme-respos).
Ada 2 jenis respons menurut teori
S-O-R, yaitu Respondent respon :
respon yang ditimbulkan oleh stimulus tertentu & menimbulkan respons yang
relatif tetap. Operant respon :
respons yang timbul & berkembang kemudian diikuti oleh stimuli yang lain.
Berdasarkan teori S-O-R, perilaku
manusia dibagi 2 kelompok yaitu,Perilaku
tertutup, yaitu perilaku yang tidak dapat diamati oleh orang lain. Contoh :
perasaan, persepsi, perhatian.Perilaku
terbuka, yaitu perilaku yang dapat diamati oleh orang lain berupa tindakan
atau praktek.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa
itu perilaku ?
2. Pengertian
perilaku menurut para ahli ?
3. Apa
faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
4. Apa
saja tingkatan doamain dalam perilaku ?
5. Apa
itu ID, Ego dan super ego ?
1.3
TUJUAN
1. Untuk
mengetahui pengaruh perilaku manusia baik secara individu, kelompok atau
organisasi secara umum.
2. Dengan
mengetahui seperti apa perilaku seseorang, maka akan lebih mudah untuk
mengenali karakter dalam diri seseorang.
3. Pemahaman
terhadap perilaku seseorang dapat mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi
yang dimilikinya kearah tingkat perkembangan yang optimal.
4. Untuk
lebih memahami perilaku manusia sebagai upaya menyesuaikan diri dan berhubungan
dengan orang lain, sehingga memudahkan memahami mengapa mereka
berpikir,berperasaan dan berbuat menurut cara mereka sendiri.
5. Agar
mampu memkasimalkan potensi diri sendiri maupun orang lain dengan cara yang
tepat.
1.4 MANFAAT
Dengan
mengenali lebih jauh tentang perilaku seseorang, kita bisa mengenal perilaku /
karakter dari manusia itu sendiri, mulai dari kegiatan / aktivitas manusia baik
yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati.
Dalam
mempelajari perilaku sosial banyak hal yang bisa kita dapat antara lain kita
bisa menjadi lebih bijaksana dalam menyikapai lingkungan sekitar dimanapun kita
berada, kita juga dapat mengetahui perkembangan sosial dan tingkah laku
lingkungan tempat kita berada.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perilaku
Perilaku adalah
tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang
sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak
luar. (Notoatmodjo, 2003). Definisi lain mengenai pengertian perilaku adalah
bahwa Perilaku atau aktivitas manusia merupakan
manifestasi kehidupan psikisnya. Perilaku pada manusia itu tidak timbul dengan
sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus atau rangsang yang
mengenai individu. Perilaku atau aktivitas itu merupakan jawaban terhadap
stimulus yang mengenainya.Untuk memahami lebih jauh tentang ini, maka
dikemukakan beberapa hal berikut:
1. Formulasi Perilaku
a. Perilaku diformulasikan sebagai
: R = f (S,O ), dengan pengertian bahwa R adalah respon, f = fungsi,
S = stimulus, dan O = organisme. Formulasi ini berarti bahwa respon merupakan
fungsi atau bergantung pada stimulus dan organisme.Selanjutnya
dikemukakan oleh Woodworth dan Schlosberg, bahwa apa yang ada dalam diri
organisme adalah apa yang telah ada pada diri organisme itu atau apa yang
pernah telah dipelajari oleh organisme yang bersangkutan, yang disebut anteseden atau disingkat dengan
A. Karena itu, maka
formula tersebut di atas berubah menjadi
R = f (S,A).
b. Perilaku diformulasikan sebagai : B = f(E,O), dengan pengertian
bahwa B = behavior atau perilaku; f = fungsi; E = enviroment atau lingkungan;
dan O = organisme. Formulasi ini pada prinsipnya sama
saja dengan yang di atas.
c. Perilaku diformulasikan sebagaiP = f (HET) dengan
pengertian P = personal atau individu; f = frekwensi; H =
herediter/pembawaan; E = enviroment atau lingkungan dan T= time yaitu
waktu/kematangan. Dengan demikian individu beraktivitas berdasarkan hasil
frekwensi/perkalian antara herediter, lingkungan, dan kematangan usia.
d. Perilaku diformulasikan sebagaiR = f (s,p) dengan
pengertian R = respon, yaitu jawaban perilaku; f = frekwensi/perkalian; s
= situation atau situasi; dan p = personality, yaitu kepribadian. Artinya
setiap perilaku merupakan suatu respon terhadap adanya stimulus berupa situasi
yang berinteraksi dengan kepribadian seseorang. Maknanya, tidak semua orang
berperilaku sama terhadap situasi yang sama, karena adanya perbedaan
kepribadian yang berbeda.
2.2 Klasifikasi Perilaku
Menurut
Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi
melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme
tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus
– Organisme – Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
1. Perilaku tertutup (convert
behavior)
Perilaku tertutup adalah respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert).
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang
lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut
sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati
atau dilihat oleh orang lain.
Adapun jenis perilaku yang lain di
klasifikasikan dalam beberapa kelompok yaitu :
A.
Perilaku reflektif dan perilaku non
reflektif. Perilaku reflektif merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi
secara spontanterhadap stimulus yang mengenai organisme. Misal reaksi kedip
mata bila terkena sinar, menarik jari bila terkena panas, dan sebagainya.
Perilaku reflektif ini terjadi dengan sendirinya secara otomatis tanpa perintah
atau kehendak orang yang bersangkutan, sehingga diluar kendali manusia. Lain
halnya dengan perilaku non reflektif. Perilaku ini dikendalikan atau diatur
oleh pusat kesadaran atau otak. Proses perilaku ini disebut proses psikologis.
B.
Perilaku kognitif, efektif, dan
psikomotorik. Perilaku kognitif atau perilaku yang melibatkan proses pengenalan
yang dilakukan oleh otak, yang terterah kepada objektif, faktual, dan logis,
seperti berpikir dan mengingat. Perilaku efektif adalah perilaku yang berkaitan
dengan perasaan atau emosi manusia yang biasanya bersifat subyektif. Perilaku
motorik yaitu perilaku yang melibatkan gerak fisik seperti menulis, memukul,
lari dan lain sebagainya.
2.3 Pembentukan Perilaku
Ada beberapa cara pembentukan
perilaku, antara lain sebagai berikut.
a. Melalui kondisioning atau pembiasaan,
yaitu dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan,
yang akhirnya terbentuklah perilaku tersebut. Misalnya anak dibiasakan bangun
pagi, atau menggosok gigi sebelum tidur, mengucapkan terima kasih bila
diberi sesuatu oleh orang lain, membiasakan diri untuk tidak terlambat
datang ke sekolah, dan sebagainya.. Cara ini didasarkan pada teori
behaviorisme, terutama teori konditioning Pavlov, Thorndike, dan Skinner,
b.Melalui pengertian (insight),
yaitu memberikan dasar pemahaman atas alasan tentang perilaku yang akan
dibentuk, misalnya datang kuliah jangan terlambat, karena hal tersebut dapat
mengganggu teman-teman yang lain. Bila naik sepeda motor pakai helm, karena
helm tersebut untuk keamanan diri, Salah seorang tokoh yang menganut
teori ini adalah Kohler, yang
juga merupakan tokoh psikologi Gestalt..
Dia menemukan dalam eksperimennya bahwa dalam belajar yang penting adalah pengertian
atau insight.
c. Melalui penggunaan model, yaitu
pembentukan perilaku melaui model atau contoh teladan.Orang mengatakan bahwa
orang tua sebagai contoh anak-anaknya, peminpin sebagai panutan yang
dipimpinnya, hal tersebut menunjukkan pembentukan perilaku dengan menggunakan
model. Cara ini disarakan atas teori belajar sosial (social learning
theory) atau observational learning theory yang dikemukakan oleh Bandura
2.4Domain
Perilaku
Menurut
Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu didalam 3
domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai
batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan
tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku
tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah
affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor (psicomotor domain).
Dalam
perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan
pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1.
Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu,
dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil
keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang :
1) Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia,
minat, kondisi fisik.
2) Faktor Eksternal : faktor dari
luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.
3) Faktor
pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam
pembelajaran.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu
diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami
(Comprehension)
Suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Diartikan
sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
dan kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis
Adalah suatu
kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen
tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang
lain.
5) Sintesa
Sintesa
menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian
dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
6) Evaluasi
Evaluasi ini
berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi / objek.
2. Sikap (attitude)
Sikap
merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga
komponen pokok :
1) Kepercayaan (keyakinan), ide,
konsep terhadap suatu objek
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend
to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek)
mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling
tinggi.
3. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap
belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung
atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor
dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
1) Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat
pertama.
2) Respon terpimpin (guide
response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai
dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator
praktik tingkat kedua.
3) Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat
melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan
kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga
4) Adopsi (adoption)
Adaptasi
adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya
tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Pengukuran
perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara terhadap
kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu
(recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan
mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Menurut
penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut
terjadi proses berurutan yakni :
1) Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek)
2) Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada
stimulus
3) Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah
lebih baik lagi.
4) Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5) Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru
sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
2.5 Asumsi Determinan
Perilaku
Menurut
Spranger membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai kebudayaan.
Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada
diri orang tersebut. Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi
dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat,
motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
Namun
demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan tersebut
dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan,
sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya. Proses terbentuknya perilaku
dapat diilustrasikan pada gambar berikut :
- Pengalaman -
Persepsi -
Motivasi
- Keyakinan -
Sikap -
Pengetahuan
- Fasilitas -
Keinginan -
Niat
-Sosio-budaya -kehendak
2.6 Perilau Manusia menurut Berbagai
Aliran
a. Manusia
menurut aliran psikoanalisis
Manusia
menurut aliran yang dipelopori oleh Sigmund Freud ini adalah makhluk yang
digerakkan oleh suatu keinginan yang terpendam dalam jiwanya (homo Volens).
Aliran psikoanalis secara tegas memperhatikan struktur jiwa manusia, Fokus
aliran ini adalah totalitas kepribadian manusia bukan pada bagian-bagiannya
yang terpisah.
Menurut
aliran ini, perilaku manusia dianggap sebagai hasil interaksi sub sistim dalam
kepribadian manusia yaitu:
1. Id, yaitu
bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia merupakan
pusat insting yang bergerak berdasarkan prinsip kesenangan dan cenderung
memenuhi kebutuhannya .Bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu
dengan kenyataan. Id adalah tabiat hewani yang terdiri dari dua bagian:
1). Libido
- insting reproduktif penyediaan energi dasar untuk kegiatan – kegiatan
kosntrukstif disebut juga sebagai insting kehidupan (eros)
2). thanatos
– insting destruktif dan agresif
2. Ego, berfungsi
menjembatani tuntutan Id dengan realitas di dunia luar. Ego Adalah mediator
antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Egolah yang
menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebgai wujud
rasional. Ia bergerak berdasarkan prinsip realitas
3. Super ego, yaitu
unsur yang menjadi polisi kepribadian, mewakili sesuatu yang normatif atau
ideal super ego disebut juga sebagai hati nurani,merupakan internalisasi dari
norma-norma sosial dan kultur masyarakat. Super ego memaksa ego untuk menekan
hasrat-hasrat yang tidak berlainan dibawah alam sadar.
Dari hal
tersebut di atas maka menurut psikoanalis perilaku manusia adalh merupakan
interaksi antara komponen biologis / unsur hewani (id), komponen
psikologis / unsur akal rasional (ego) dan komponen sosial / unsur moral
(super ego ).
b. Manusia
menurut aliran behaviorisme
Manusia
menurut aliran ini adalah homo mechanicus atau perilakunya digerakkan
oleh lingkungannya. Manusia berperilaku sebagai hasil belajar yaitu perubahan
perilaku akibat pengaruh dari lingkungannya. Dari sini timbul “teori belajar”
dan teori “tabula rasa”. Manusia dalam teori tersebut dianggap sebagai kertas
putih atau meja lilin ketika lahir artinya manusia belum memiliki “warna
mental”.
Pada perkembangannya yang menyebabkan
berubahnya dan bertambahnya warna mental tersebut adalah pengalaman. Secara
singkat maka aliran ini menekankan bahwa perilaku manusia, kepribadian manusia,
serta tempramen didasarkan pada pengalaman inderawi (sensory experience).
Konsep
perilaku manusia di atas oleh salah tokoh aliran ini Ivan Pavlov disempurnakan
dengan metode yang disebut pelaziman klasik . Pada metode ini perilaku manusia
disebabkan adanya stimuli yang terkondisi atau bersifat netral dengan stimuli yang
tak terkondisikan. Hipotesis tersebut menunjukkan bahwa organisme bisa diajar bertindak dengan pemberian sesuatu rangsangan.
Untuk
menggambarkan metode ini oleh Pavlov melakukan eksperimen dengan seekor anjing yang dikondisikan dengan stimulus
tertentu. Pada akhirnya didapati dalam eksperimen tersebut bahwa apabila anjing
melihat bekas makanan maka air liur hewan itu keluar sebagai “hasil belajar'
mengaitkan bekas makanan yang dilihat dengan makanan yang akan diberikan kelak.
Sebagai contoh illustrasi bahwa setiap kali anak membaca majalah dan orang
tuanya mengambil majlah tersebut dengan paksa maka anak tersebut akan benci terhadap
majalah.
Konsep
tentang perilaku manusia ini kemudian disempurnakan oleh Skinner dengan metode
yang disebut operant conditioning (pelaziman operan).
Metode ini
menerangkan bahwa apabila organisme menghasilkan sesuatu respon karena mengoper
atas stimulus yang diterima disekitarnya. MenurutSkinner,
pelaziman operan terdiri daripada dua konsep utama yaitu :
a) Peneguhan (reinforcement ) yang terbagi dalam peneguhan positif
dan peneguhan negatif.
· Peneguhan Positif (Positive Reinforcement)
Rangsangan yang bisa
menambahkan pengulangan suatu tingkahlaku dan dilakukan berkali-kali disebut
sebagai Peneguhan Positif.
Contoh: Pekerja yang
mencapai prestasi tinggi dalam kerjanya diberikan bonus. Maka ia kan
meningkatkan kinerjanya pada masa berikutnya
· Peneguhan Negatif (Negative Reinforcement)
Bila ada rangsangan yang
menyakiti atau yang mewujudkan keadaan tidak mengenakan dan akan dihindari
secara berkali-kali disebut sebagai peneguhan negatif. Organisme kemungkinan
mengulang tingkahlaku yang dapat mengelak atau mengurangi keadaan yang negatif.
b) Denda (punishment)
Adalah Setiap rangsangan
yang menyebabkan pengulangan suatu respon tingkahlaku yang dikurangi atau
dihapuskan sama sekali . Contoh: Anak yang tidak membantu ibu tidak diberi
peluang untuk bermain bola dengan teman-temannya sehingga ia akan menghapuskan
perilaku yang dapat membuat dirinya tidak dapat bermain bola lagi.
Perilaku manusia menurut aliran ini semakin diperkuat dengan Social
Learning Theori atau pembelajaran Sosial. Teori ini dikemukankan oleh
Albert Bandura yang mengatakan salah satu sifat manusia ialah meniru (imitate)
tingkahlaku atau tindak tanduk orang lain yang diterima masyarakat (socially
accepted behaviour) dan juga tingkah laku yang tidak diterima masyarakat.
Tingkahlaku yang diterima dan tidak diterima tersebut berbentuk :
a) berbeda antara satu
budaya dengan satu budaya yang lain,
b) berbeda antara
individu,
c) berbeda menurut
situasi.
dengan demikian,
pembelajaran sosial tidak hanya melibatkan mempelajari tingkahlaku yang
diterima tetapi juga tingkahlaku tidak diterima.
Mengapa Manusia Meniru?
Orang meniru kerana apa
yang dilakukan membawa kepuasan atau ganjaran, yaitu peneguhan. Bagaimana
peneguhan terwujud terdiri atas 3 jenis :
a. Peneguhan Secara Langsung - Individu mendapat ganjaran seperti pujian kerana dia
meniru sesuatu tingkahlaku yang diperhatikan. Misal anak yang meniru perilaku
bapaknya karena dia dipuji dan mengulangi tingkahlaku tersebut.
b. Peneguhan Mandiri -
Individu meniru bukan kerana ingin dipuji tetapi kerana ingin mencapai
cita-citanya sendiri, misal seorang pelajar meniru cara Edwin Moses (atlit lari
Amerika ; pemecah rekor dunia) dalam berlari, ia melakukan itu bukan untuk
dipuji oleh pelatihnya tetapi untuk membuktikan kepada dirinya bahwa diapun
bisa berlari sama persis dengan Edwin Moses dan ini memberi kepuasan kepadanya.
c. Peneguhan Vikarius -
Individu mendapat kepuasan secara tak langsung dengan meniru orang lain.
Individu yang memperhatikan orang lain mendapatkan kepuasan atau ganjaran
karena meniru model, iapun berbuat demikian karena ingin mendapat peneguhan
yang sama. misal. Seorang pelajar memperhatikan rekannya dipuji oleh gurunya
karena menyelesaikan tugas dengan cepat maka mungkin pada waktu lain ia akan
berbuat demikian kerana dia menyangka akan menerima pujian yang sama.
C. Manusia
menurut aliran psikologi kognitif
Manusia
dalam konsepsi psikologi kognitif adalah mahkluk yang aktif mengorganisasikan
dan mengolah stimuli yang diterimanya (homo sapiens). Artinya manusia
adalah makhluk yang berpikir dan tidak pasif dalam merespon lingkungannya serta
berusaha memahai lingkungannya. Lebih tegasnya bahwa manusia adalah organisme
aktif yang menafsirkan dan bahkan mendistorsi lingkungannya.
Logika dari
perilaku manusia menurut aliran ini adalah bahwa jiwa manusia menafsirkan
pengalaman indrawi secara aktif melalui proses mencipta, mengorganisasikan,
menafsirkan, mendistorsi dan mencari makna. Jadi manusialah yang menentukan
makna stimuli dan bukan stimuli itu sendiri.
Beberapa
teori perilaku menurut aliran ini adalah teori dari Kurt Lewin yang mengatakan
bahwa perilaku manusia bukan sekedar respon dari stimulus melainkan produk dari
berbagi gaya yang mempengaruhinya secara spontan. Gaya tersebut oleh Lewin dirumuskan
dalam B = f ( P. E ). Behavior adalah hasil interaksi antara Persons (
diri orang) dengan Enviroment (lingkungan psikologisnya).
Teori lain
dari aliran ini mengatakan bahwa manusia adalah pencari konsistensi kognitif (consistency
seeker ). Manusia merupakan mahkluk yang mejaga keajegan dalam sistem
kepercayaannya dan diantara sistem kepercayaan dengan perilaku. Asumsi ini
melahirkan teori yang disebut denga disonansi kognitif artinya manusia akan
akan mencari informasi yang mengurangi disonansi ( ketidakcocokan antara dua
kognisi). Manusia bila bertemu dengan informasi yang disonan dengan
keyakinannya maka ia akan menolak, meragukan sumbernya, menacri konsonan atau
mengubahnya.
D. Manusia menurut aliran psikologi humanistik
Manusia
menurut konsepsi psikologi humanistik adalah mahkluk aktif alam merumuskan
strategi transaksional sengan lingkungannya (homo ludens). Pada asumsi
aliran ini manusia dipandang berada dalam dunia kehidupan ( berupa the I (aku),
me (Ku), my self (diriku)) yang dipersepsi dan diinterprestasi secara
subjektif. Perilaku manusia berpusat pada konsep dirinya berupa persepsi
manusia tentang identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah.
Selain itu perilaku manusia juga didasarkan pada kebutuhannya dalam fungsi untuk
mempertahankan, meningkatkan serta mengaktualisasikan dirinya.
BAB
III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Setiap individu
dilahirkan sama oleh Allah swt dengan
perilaku yang berbeda-beda, adapun perilaku itu adalah tindakan atau aktivitas dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain :
berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan
sebagainya.Perilaku pada manusia itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi
sebagai akibat dari adanya stimulus atau rangsang yang mengenai
individu.Perilaku atau aktivitas itu merupakan jawaban terhadap stimulus yang
mengenainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar